"Parmin & Atun: Ngaji Kitab Arbain Nawawi" tidak hanya mendapat perhatian dari novelis atau sastrawan, tetapi juga diapresiasi oleh para kiyai pesantren. Sebuah novel unik yang menyandingkan keindahan sastra Jawa dengan nilai-nilai keislaman melalui penelaahan kitab klasik Hadits Arbain Nawawi. Berikut adalah pandangan dari para kiyai dan sastrawan tentang keistimewaan novel ini:
Monday, November 25, 2024
"Testimoni Para Tokoh tentang 'Parmin & Atun: Ngaji Kitab Arbain Nawawi'"
Sinopsis Dan Garis Besar Isi Novel "Parmin & Atun: Ngaji Kitab Arbain Nawawi"
"PARMIN & ATUN: Romansa dan Hikmah Hadits Arbain Nawawi"
Sinopsis
Novel berbahasa Jawa ini mengisahkan kehidupan sehari-hari pasangan suami istri Ja’far Amin dan Solihatun, yang akrab disapa Parmin dan Atun. Sebelum menikah, keduanya adalah santri di pesantren yang sama di kawasan pesisir utara Pulau Jawa atau Pantura.
Meski saling menyukai sejak di pesantren, hubungan mereka sempat terputus sebab Atun dinikahkan oleh orang tuanya dengan orang lain. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali hingga akhirnya menikah.
Dalam keseharian, Parmin selalu berusaha mengamalkan pesan para kyai dan guru-gurunya dengan “mulang” atau mengajarkan ilmu kepada istrinya. Salah satu yang menjadi fokus cerita ini adalah ketika Parmin mengajarkan kitab Hadits Arbain Nawawi di tengah suasana kemesraan mereka sebagai pasangan suami istri.
Garis Besar Isi Novel
Makna Kitab Hadits Arbain Nawawi dalam Balutan Cerita
Buku ini menggabungkan makna dan hikmah dari Hadits Arbain Nawawi yang disampaikan melalui rangkaian cerita fiksi yang mengalir.
Dialog Mesra dan Romantis Antara Parmin dan Atun
Hubungan Parmin dan Atun digambarkan dengan dialog yang penuh cinta, seperti:
Bab 32:
“Semanten ugi ulihe njenengan nandur welas lan katresnan marang kawula. Insya Allah mboten badhe muspra. Lamuna segara asat, prau katresnan kita tetep badhe lelayaran, mlampah wonten ing samudra kekangenan.”
Bab 49:
“Aku nemu ing awakmu perkara kang ora tinemu akal. Perkara kang aku rumangsa padhanane mokal. Perkara mau mlebu ana jero atiku alus kaya mlakune cikar ing dalan aspal tanpa nggronjal. Mula tresnaku ora bisa nimbal. Bebasan pit karo pedal, aku selawase saka awakmu ora bisa uwal.”
Kata-Kata Bijak yang Sarat Hikmah
Novel ini diperkaya dengan nasihat dan pemikiran yang inspiratif.
Bab 16:
“Wektu terus lumaku tanpa gelem nunggu. Bebasan gegaman, wektu kaya pedang kang duweni mata loro. Sapa sing trangkas migunakake kanthi bagus, wektu bisa dadi kaya emas. Kosok walike, sapa wae bakal kegiles lamun ora bisa ngolah wektu kanthi trengginas.”
Bab 45:
“Ora bener kepencut dadi luwih apik tinimbang wong liya. Sing bener, tansah ngupaya supaya dadi luwih apik tinimbang awake dhewe ing dina kang wis lunga.”
Bab 33:
“...kabagyan kuwi ora mung amarga kekarepan kang keturutan, ananging luwih amarga mareme ati nerima kahanan.”
Cerita dalam Cerita (Cerita Bingkai)
Novel ini mengandung banyak kisah inspiratif yang menyampaikan hikmah melalui narasi tertanam.
Bab 1:
Kisah tentang seseorang di akhirat yang mendapatkan pahala haji, jihad, sedekah, dan amal lain, meski di dunia tidak mampu melakukannya. Hal ini terjadi karena niat tulus dan ikhlasnya sehingga Allah memberinya pahala.
Bab 30:
Kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang tetap memperlakukan tetangganya dengan baik meskipun selalu diperlakukan buruk.
Makna Kitab Hadits Arbain Nawawi dalam Balutan Cerita
Buku ini menggabungkan makna dan hikmah dari Hadits Arbain Nawawi yang disampaikan melalui rangkaian cerita fiksi yang mengalir.
Dialog Mesra dan Romantis Antara Parmin dan Atun
Hubungan Parmin dan Atun digambarkan dengan dialog yang penuh cinta, seperti:
Bab 32:
“Semanten ugi ulihe njenengan nandur welas lan katresnan marang kawula. Insya Allah mboten badhe muspra. Lamuna segara asat, prau katresnan kita tetep badhe lelayaran, mlampah wonten ing samudra kekangenan.”
Bab 49:
“Aku nemu ing awakmu perkara kang ora tinemu akal. Perkara kang aku rumangsa padhanane mokal. Perkara mau mlebu ana jero atiku alus kaya mlakune cikar ing dalan aspal tanpa nggronjal. Mula tresnaku ora bisa nimbal. Bebasan pit karo pedal, aku selawase saka awakmu ora bisa uwal.”
Kata-Kata Bijak yang Sarat Hikmah
Novel ini diperkaya dengan nasihat dan pemikiran yang inspiratif.
Bab 16:
“Wektu terus lumaku tanpa gelem nunggu. Bebasan gegaman, wektu kaya pedang kang duweni mata loro. Sapa sing trangkas migunakake kanthi bagus, wektu bisa dadi kaya emas. Kosok walike, sapa wae bakal kegiles lamun ora bisa ngolah wektu kanthi trengginas.”
Bab 45:
“Ora bener kepencut dadi luwih apik tinimbang wong liya. Sing bener, tansah ngupaya supaya dadi luwih apik tinimbang awake dhewe ing dina kang wis lunga.”
Cerita dalam Cerita (Cerita Bingkai)
Novel ini mengandung banyak kisah inspiratif yang menyampaikan hikmah melalui narasi tertanam.
Bab 1:
Kisah tentang seseorang di akhirat yang mendapatkan pahala haji, jihad, sedekah, dan amal lain, meski di dunia tidak mampu melakukannya. Hal ini terjadi karena niat tulus dan ikhlasnya sehingga Allah memberinya pahala.
Bab 30:
Kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang tetap memperlakukan tetangganya dengan baik meskipun selalu diperlakukan buruk.
Tuesday, February 6, 2024
Those Who Dream Of Success
Those who seek the moon, never hide from the night.
Those who desire pearls, never fear the wet.
Those who strive for victory, never flee from the fight.
Those who dream of success, never avoid the toil and sweat.
For happiness comes after patience and trust
With perseverance, we conquer seas that are vast.
In every challenge, an opportunity we must adjust,
And through struggle and faith, our dreams will be amassed.
So let us embrace the journey, both rough and steep,
With unwavering faith, our dreams we shall keep.
Like stars shining bright, our goals we shall reap,
For in perseverance and reliance, our joy runs deep.
| Vocabularries | ||
| seek = mencari | flee = melarikan diri | amassed = dikumpulkan |
| hide = bersembunyi | avoid = menghindari | embrace = merangkul |
| pearl = mutiara | toil = bekerja keras | rough = berat |
| desire = ingin | sweat = keringat | steep = curam |
| wet = basah | perseverance = kegigihan | unwavering = kokoh |
| strive = berjuang | conquer = menaklukkan | reap = menuai |
| victory = kemenangan | adjust = menyesuaikan | reliance = kepercayaan |
Friday, February 3, 2023
BAYANG-BAYANG ILUSI
BAYANG-BAYANG ILUSI
Oleh : Miwa 3 Tsanawiyah A
Semua dimulai dari seorang pemuda
tampan penuh kejujuran, bernama Kozen -atau demikianlah teman-teman
memanggilnya- yang sedang berkutat dengan lembaran-lembaran berisi penuh
coretan tinta, mengais ilmu diiringi bisikan lembut angin sehingga membuat
suasana sangat syahdu. Di bawah pohon
rindang ia bersandar ditemani seekor kucing oyyen
kesayangannya yang bernama Shinji. Bunga-bunga yang bermekaran demi menerima
kerlingan hangat sang pujaan hati matahari perkasa menari-nari terkena goyangan
ekor Shinji. Di tengah kesibukan Kozen, sesekali ia menggelitik perut berbulu
anak berkaki empatnya itu. Shinji yang “mendengkur” keras mengasah kuku di
batang-batang pohon sambil bergulingan, melompat, berputar kemudian
menggesek-gesekkan pipinya ke kaki Kozen.
Tanpa
terduga sama sekali, tiba-tiba saja seekor kucing putih odd eyes melenggok di depan mereka, menjatuhkan kalung yang
dipakainya. Kozen si paling jujur yang melihat kejadian itu segera memungut benda
tersebut lalu berniat memasangkannya kembali ke si pemilik sebenarnya.
Sebenarnya ia bisa saja berpura-pura
tidak melihatnya atau membiarkan kalung itu disana. Tapi tidak! Di samping
Kozen pribadi yang jujur, kalung itu bukanlah kalung biasa tetapi berwarna emas
dengan kilauan perak dan berbandul batu ruby merah menyala.
“Orang sinting mana yang memakaikan
kalung seindah ini ke kucing peliharaanya?”, batin Kozen.
Saat
si kucing mau dipegang, dia langsung menghambur pergi seperti ketakutan seakan
melihat hantu bertaring panjang mau menerkam. Tanpa perintah, Kozen langsung
mengejar.
“Hei tunggu!”, teriak Shinji.
“Kau lambat! Kejar aku jika kau
bisa”, jawab Kozen dengan napas tersengal.
“Gendong aku”
“Tidak, kau berat!”
“Astaganaga….”, jerit Shinji mencak-mencak.
Thursday, March 11, 2021
Khutbah Jum'at "Keutamaan Bulan Sya'ban"
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
( أمّا بَعْدُ ) فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا
اللهَ تَعَالَى وَأَطِيْعُوْهُ ، وَقَدْ
قَالَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ، بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم: يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ.
ثُمَّ اعْلَمُوْا رَحِمَنِى اللهُ وَإِيّاكُمْ أَنَّنَا
الآنَ فِى مُؤَخَّرَةِ شَهْرٍ عَظِيْمٍ وَمُقَدِّمَةِ
شَهْرٍعَظِيْمٍ عِنْدَ اسْتِقْبَالِ شَهْرٍ أعْظَم.
Ma’asyiral Muslimiin, rahimakumullah...
Pada kesempatan mulia ini marilah kita bersama-sama lebih memantapkan hati kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wata'ala dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Marilah kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan teguh dalam pendirian serta mampu mengendalikan diri dalam berbagai masalah kehidupan yang kita hadapi.
Dengan ketakwaan, seseorang akan senantiasa merasakan kehadiran Allah pada setiap masa dan di manapun ia berada. Bukan saja ketika berada di masjid atau mushalla, tapi juga disawah, di pasar, atau di tempat ia bekerja. Saat gembira atau duka, benci atau cinta, ketika berbicara atau berbisik tanpa suara, ketika bergerak atau diam, ketika berdiri, duduk, atau berbaring, dalam keramaian atau sendirian, saat damai dan tenteram, pula saat-saat kritis dan bahaya yang mencekam.
Dan apabila takwa telah bersemanyam di dada, maka akan lahir pribadi yang utuh, menyatu jiwa dengan raganya, menyatu bisikan hati dengan ucapannya, menyatu kata dan perbuatannya, juga menyatu langkah dan tujuannya. Ia akan menemukannya teguh dalam keyakinan, teguh tapi bijaksana, senantiasa bersih dan menarik walau miskin, selalu hemat dan sederhana walau kaya, murah hati dan murah tangan, tidak menghina dan tidak mengejek, tidak menghabiskan waktu dalam permainan, tidak menuntut yang bukan haknya, dan tidak menahan hak orang lain.
Ucapannya melipur lara dan membawa manfaat, diamnya pertanda tafakkur, dan pandangannya alamat i’tibar. Bila beruntung ia bersyukur, bila diuji ia bersabar, bila bersalah ia istighfar, kalau ditegur ia menyesal, dan kalau dimaki ia menjawab seraya berucap : “Bila makian Anda benar, maka semoga Allah mengampuniku dan bila keliru, maka kumohon Tuhan mengampunimu”.
Demikian menyatu seluruh tuntunan kebaikan dalam dirinya, lahir dan batin. Sehingga, pada akhirnya “tatkala diam ia dengan Allah, tatkala berbicara ia demi Allah, tatkala bergerak ia atas perintah Allah, tatkala terlena ia bersama Allah. Sungguh, ia selalu dengan, demi, dan bersama Allah.”
Jika seseorang telah benar bertakwa, maka kemanapun langkah diayunkan dan ke manapun angin membawa biduk,
betapapun besar ombak dan gelombang, kendati pantai hanya sayup-sayup terlihat,
namun semua itu bukan masalah besar
sebab takwa
telah bersemai di dalam hati sanubarinya.
Baginya, Allah adalah pangkalan tempat ia bertolak serta pelabuhan tempat ia bersauh.
Itulah makna pesan dari firman Allah:
اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; Janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (QS. Âli ‘Imrân
[3]: 102).
Saudaraku Kaum Muslimin yang berbahagia
Wednesday, July 29, 2020
Khutbah Idul Adha 1441/2020 Bahasa Jawa: Wurung Haji, Qurban Lan Pandemi Covid-19
Jamaah shalat Idul Adha, Rahimakumullah.
Mangga kita samiya tansah netepi taqwa dateng Allah, kanti taqwa ingkang sakestu sarana nindakaken sedaya perintah lan dawuh dawuhipun, saha nilar lan nebihi sedaya cegah lan awisanipun, wonten ing swasana kados menapa kemawon, kapan mawon, lan wonten ing pundi kemawon, nuju suka utawi berduka, kawontenan sulit utawi gampil, ing kawontenan sepen utawi rame, tansah netepana taqwa lan thaat dateng Allah supados kita tansah pikantuk rahmat lan kanugerahan, kebahagyaan gesang saking ngarsa Dalem Allah Ta’ala. Langkung langkung wonten ing mangsa pagesangan ingkang sangsoyo angel punika, kanti taqwallah Insya Allah kita bade manggehaken margi gampil saking kawontenan angel menika, Gusti Allah sampun dawuh :
Hadirin hadâkumullâh,
Wonten ing sak lebetipun wulan Dzul Hijjah meniko, kathah kedadosan peristiwa penting. Antawisipun prastawo nabi Ibrahim AS dipun perintah supados nyembelih putronipun Nabi Ismail AS, pembangunan Ka’bah dening Nabi Ibrahim lan Islamil alihima salam, ibadah haji, shalat ied lan ibadah Kurban.
Friday, June 5, 2020
Khutbah Jumat Bulan Syawal Bahasa Jawa
Saturday, May 23, 2020
Khutbah Idul Fitri Bahasa Jawa 1441H - 2020M
Wednesday, June 14, 2017
Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun (22)
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال " أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة , فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله تعالى -رواه البخاري ومسلم
Tuesday, March 21, 2017
Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun” (21)
Ning ruang tamu, Parmin lagi ngotak-atik Blackberry anyar paringane gus Mat, koncone jaman aliyah sekaligus guru spirituale. Senajan ora anyar gres nanging kondisine hp isih apik.
Atun: "Njenengan kok ketingale serius sanget, kang?"
Parmin: "Ho-oh. Tak poto ya, Tun?"
Atun: "Walah, mboten ah. Isin kulo"
Parmin: "Ra popo lah. Gelem Ya..? ya..?"
Atun: "Mangke nek wonten rencange njenengan ingkang sumerep, sepundi?"
Parmin: "Pancene kenopo nek ono sing ngerti bojoku super ayu?"
Atun: "Kulo pingin, nek disenengi menuso, nggih namung njenengan kiyambak thok thil. No one else!"
Parmin: "Wih! So sweet..!"
Atun: "Hehehe.. Atun getu loh.."
Parmin durung sempat njawabi bojone, ujug-ujug ono wong uluk salam "Assalamu alaikum...."
Parmin lan Atun njawab bebarengan, "Waalaikum salam warahmatullah"
Bareng mbukak lawang Parmin rodo kaget weruh wong lanang kang umure kiro-kiro telungpuluhan. Rambute gondrong nganggo kaos oblong putih, kopyah ireng kalungan tasbih Brengos lan jenggote dowo. Ngaggo sarung, sabukan gedhe wernane ijo, koyo sabuke wong kaji. Sandale bakiak sing digawe soko kayu.
Parmin: "Mmm... Monggo!"
Wong lanang mau takon karo mesem, "Leres niki daleme pak Ja'far Amin?"
Parmin: "Sekedap.... ! Iki Paidi?! Wah sampeyan kok mandan rowo tenan, manglingi! Monggo-monggo.."
Paidi: "Hahaha.... Sehat, Min? Wis manak piro?"
Parmin: "Alhamdulillah.. Meh siji. Oh yo... Tun... Gawekke kopi. Iki kancaku mondhok, Fuaidi, tapi terkenale Paidi. Iki bojoku Di, Atun, Sholihatun"
Paidi: "Wilujeng, mbak"
Atun: "Pangestune, kang"
Dikancani kopi lan blanggem- telo goreng, Parmin karo Paidi ngobrol ngalor-ngidul nostalgia nyolong onthel pisang kiyaine, mlumpat pager pondok lungo nonton film lanyar tancep lan liya-liyane.
Paidi: "Oh iyo, Min, aku arep takon. Jaman ning pondok awakmu yen perkoro kitab kan luwih pinter tinimbang aku. Senajan nek gelut aku sing menangan. Hahaha..."
Parmin: "Hehehe yo, piye?"
Paidi: "Wingi ono wong takon penjelasane hadits kang isine ngene: Kanjeng Nabi dawuh: Agomo kuwi nasehat. Poro sahabat mbanjur takon, kagem sinten kanjeng rasul?, kanggo gusti Allah, kitabe Allah, utusane Allah, pimpinane ummat muslim lan kabeh rakyate.
Parmin: "Nasehat kuwi coro arti bahasane "murni". Tegese misahake perkoro kang apik soko perkoro kang ora apik. Contone wong kang meres madu. Hiyo iku murniake madu kanti misahake madu soko lilin. Ono meneh artine nasehat songko arah boso yoiku "njahit". Wong kang njahit pakaian ora liyo perlune kejobo supoyo dadi apik lan kepenak dienggo. Mulo nasihat kuwi berarti karep ati kang tulus merhatikake kang dinasehati supoyo apik Dadi nasehat kagem Allah yo murnikake Allah songko samubarang opo wae. Menungso kudu manggonake awake dewe ono ngersane Gusti Allah ing panggonan kang sak mestine. Iyo iku menungso minongko kawula lan Allah siji-sijine zat kang kudu disembah. Percoyo marang Allah kelawan ati kang sumeleh. Siap nglakoni opo kang diperintahake lan ngedohi kabeh awisane. Lan maksude nasihat kagem Kitabullah kuwi percoyo isine lan ndadeake Al-Quran dadi pedoman urip. Nasihat kagem Rasulullah tegese nyonto perilaku lan anut dawuhipun Rasulullah. Sak teruse, nasehat kanggo pemimpin kuwi maknane patuh marang pimpinan menowo isih ora metu soko tatanan. Yen pemimpin kok ora pantes di anut yo dikandani menowo kuwoso. Yen ora biso ngandani yo di dongakno. Kang terakhir nasehat kanggo rakyat. Menowo deweke pejabat kudu welas lan adil kelawan rakyate. Menowo podho-podho rakyate yo tulung tinulung sarto saling wasiat kelawan sabar lan ora metu soko keapikan"
Paidi: "Cocok! Siji meneh... Supoyo ati ayem lan ora atos piye, Min?"
Parmin nuli nyanyi, " Tombo Ati iku limo ing wernane, Kaping pisan moco Qur'an angen-angen sak maknane, Kaping pindo sholat wengi lakonono, Kaping telu wong kang sholeh kumpulono, Kaping papat kudu weteng ingkang luwe, Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe"
Paidi: "Nek kumpul wong soleh tapi wis sedo piye, Min?"
Soko ruang tengah Atun ngomong banter, "Yo ora penak nek mati!. Dhak ora iso ngremes-ngremes. Ra sido ehm.. ehm.... yen ngunu...!"
Paidi: "Opo, Min?
Parmin: " Mbuh.....! Opo Tun?"
Atun: "Niki lho kang, iklan alat pijet elektric teng tivi. Nek baterene telas dhak mboten saget mijet kan..?!"
Paidi : "Oh..... Tak kiro opo Hahahahaha..."
Parmin : "Hehehehehe....."
Friday, March 10, 2017
“Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun” (20)
Mongso rendeng sajak luwih dowo tinimbang biasane. Wulan Maret kang adate wis rodo marit udan, tahun iki durung ono tondo-tondo mongso ketigo arep enggal teko.
Kurang luwih tabuh loro Atun nglilir amergo kaget krungu suarane angin lan gludhug kang banget bantere. Noleh menengen, bojone katon angler, ora rumongso keganggu karo langit kang koyo-koyo lagi pamer kesaktiane. Atun noto selimute Parmin, banjur mesem nyawang bojone kang turu koyo bocah cilik. Nong njero ati, Atun ngomong, "Kok umpamane Gusti Allah gawe langit runtuh saiki, angin dikersaake biso maburake gunung-gunung lan ngrataake bumi, aku ora bakal protes. Gusti Allah wis paring aku kanugrahan kang tanpo upami. Yo iku biso nyawang panjenengan kados mekaten. Nek jare nyanyiane Omm Kultsum: mbarke wae aku ono ing sandingmu, panggonke aku ning njero atimu, yen menowo iki mung ngimpi, yo wis ora opo-opo. Benlah aku ngimpi selawase. Alhdulillah...!"
Mari ngono Atun banjur tangi, moro kulah, wudhu lan solat dalu. Kurang luwih setengah jam, Parmin ugo tangi. Weruh bojone lagi wiridan, deweke tumuli ning kulah, wudhu lan sholat dalu.
Parmin: "Assalamu alaikum".
Atun: "Waalaikum salam. Kathah kang ingkang jamaah shubuh?"
Parmin: "Iseh ono telung shof. Lumayanlah wong udan koyo ngene kok!"
Atun: "Kang...."
Parmin: "Opo, Tun?"
Atun: "Kulo pingin masak daging sapi. Tulung njenengan tumbaske bagian ingkang paling sae sangking sapi setengah kilo, kaliyan bagian ingkang paling awon setengah kilo".
Parmin: " Insya Allah"
Ora luwih seko sejam, Parmin wis bali ulihe lungo pasar.
Parmin: "Iki lho Tun, pesenanmu wis tak tukokno".
Bareng dibuka bungkusan blonjone, Atun kaget, " Lho kang... Kok sami?
Bagian paling sae kalian bagian paling awon kok sami-sami ati kalian ilat?"
Parmin: "Yo pancen koyo kuwi Tun. Kanjeng nabi Muhammad dawuh kang surasane koyo ngene: Ngertiyo yen sak jerone awak iki ono sekempel daging. Lamun daging mau apik mongko kabeh sak awak dadi apik. Lan lamun daging mau elek, mongko kabeh sak awak dadi elek. Ngertiyo sak temene daging mau iku ati . Mulo soko kuwi ati iso dadi bagian sing paling apik ugo biso dadi bagian sigg palong olo. Lha ilat kuwi bakal landep migunani asal atine apik. Sewalike bakal landep natoni yen atine elek"
Atun: "Lajeng wonten tiyang ingkang atine dicangkok niku dospundi kang?"
Parmin: "Hahaha... Ngene lho Tun, songko arah bahasa...... qolb artine jantung, coro Inggrise heart Bahasa Arabe ati kang physically kuwi kabidun. Lha... qolb ning hadits mau dudu ati secara fisik, ananging ati kang ora ono wujude kang biso ditengeri kelawan indrane menuso. Ono kalane diarani kalbu utowo manah. Hiyo kuwi suwijine latifah/titik sensor/dimensi ketuhanan kang ora duwe bentuk fisik. Paham"
Atun: "Kadose paham."
Parmin: "Kok kadose? Masalah ati, menungso pancen diparingi dining gusti Allah pengetahuan kang banget sitike . Sing jelas, atine menungso iku menowo diumpamake banyu, iso koyo segoro lan iso koyo banyu ning baskom. Nek banyu segoro iso nampung opo wae. Apik elek ora berpengaruh. Semono ugo atine menuso yen koyo segoro. Ono masalah opo wae biso tenang. Gampang ngapuro wong kang duwe kesalahan, ora tersinggungan, lan ora kagetan. Bedo yen atine cilik koyo banyu ning baskom. Ono masalah mung sepele, wis gonjang ganjing koyo meh kiamat. Mengko dhisik......., aku arep takon. Kenopo awakmu kok njaluk di tukokno bagian sapi sing paling apik sekaligus sing paling elek?"
Atun: "Oh.. Jane niku namung pralambang mawon. Kulo nampi njenengan komplit. Mulai ingkang awon ngantos ingkang sae. Totalitas nampi panduman saking Allah"
Parmin: "Opo ora pasemon yen menungso kuwi duwe sisi apik lan sisi olo?"
Atun: "Ngoten nggih saget".
Parmin: " Opo jane awakmu arep ngomong yen asline aku iki ora gantheng tapi awakmu wis kadung seneng dadi yo dianggep apik wae, ngono?"
Atun: "Ngoten nggih saget".
Parmin: "Opo awakmu rumongso ora pati ayu nanging piye wae ono bagian liyo kang luwih apik tinimbang rupo?'
Atun: "Ngoten nggih saget".
Parmin: "Kok? Opo piye?
Atun: "Ngoten nggih saget".
Parmin: " Ha? Maksudmu?'
Atun: "Ngoten nggih saget".
Atun cepet-cepet ninggal Parmin tumuju pawon. Parmin nututi soko mburi tumuli nyikep bojone. Kanti lirih Parmin muni, "I love you.."
Monday, March 6, 2017
“Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun” (19)
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Dino Seloso Parmin lungo ning pasar kewan saperlu tuku wedhus kanggo persiapan akikah mengko yen anake lahir. Tekan pasar, Parmin ketemu Paijan, koncone sekolah waktu SD.
Sunday, February 12, 2017
“Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun” (18)
Amergo kulino, senajan wis diwanti-wanti karo bojone supoyo ora ngangkat abot-abot, Atun kelalen. Ember kang isine kebak banyu arep dijunjung saperlu mbilasi kumbahan. Parmin kang wit mau nunggoni bojone umbah-umbah, langsung mbengok, "Mandeg, Tun! Ben aku wae sing njunjung embere!"
Atun: "Nggih kang.. Ngapuntene, supe"
Parmin: "Sesuk meneh diiling-iling. Piye kandane bu bidan? Selama kehamilan dilarang mengangkat beban berat."
Atun: "Nggih kang..."
Parmin: "Terus terang..., Kebahagiaan sing tak rasakno sedurunge ketemu awakmu kuwi ora liyo mung amun-amun --fatamorgana, ora nyoto. Urip sing sak benere yo sing tak lakoni bareng awakmu , Tun. Dadi nek ono wong takon kapan aku lahir, mongko jawabe tanggal pernikahan awake dewe kuwilah tanggal kelahiranku. Mulo yen awakmu nganti mringis gedhene nangis, dudu awakmu dewe kang ngrasakno tapi bojomu luwih dene loro".
Pipine Atun kang putih maleh dadi njambon amergo atine bombong ambi gombalane bojone.
Sinambi njerengi kumbahan, Atun takon marang Parmin, "Kang, bid'ah niku nopo?"
Parmin: "Bid'ah kuwi, nglakoni perkoro anyar kang ora pernah ditindhaake Kanjeng Nabi. Kenopo kok ujug-ujug takon bid'ah?"
Atun: "Wingi pas blonjo, kulo kepanggih mbak Sri ingkang jilbabe panjang niku lho kang. Kulo dipun sanjangi nek tahlilan, berjanjenan, muludan lan tingkepan niku bid'ah. Menawi bid'ah niku mboten angsal ganjaran malah duso."
Parmin: "Ono ing Hadist Arbain Nawawi kang nomer limo, diriwayatake menowo kanjeng Nabi nate dawuh sing surasane koyo ngene: sopo wonge kang nglakoni penggawean kang ora ono dasar perintah agomo, mongko ngamal penggawean mau ora diterimo. Ananging ulama duweni pendapat dewe-dewe masalah bid'ah iki. Miturut Imam Ibnu Arabi bidah asal ora bertentangan kelawan syariat ora masalah. Nanging yen bid'ah kang nulayani dalil Quran lan hadits mongko kuwi sasar utowo dholalah. Dene imam Nawawi, panjenengane mbagi bid'ah dadi limang perangan. Suwijine Wajib, koyo mbangun sarana transportasi, kapindo sunnah koyo nglafalake niyat nalikane sholat. Nomer telu mubah koyo nganggo sarung utowo kaos. Kaping pat makruh koyo maesi masjid. Lan terakhir haram koyo ngalalake daging babi senajan babi mau wis aman lan resik soko bakteri lan penyakit".
Atun: "Menawi ganjarane tahlilan niku dugi dumateng arwah ingkang dipun kintuni nopo mboten, kang?"
Parmin: "Tahlilan kuwi sing diwoco opo? Kan yo kalimah tahlil, tahmid, tasbih, takbir ayat-ayat quran sholawat, lan liya-liyane kang ora ono sing karangan dewe. Dawuhe kanjeng nabi, tasbih, tahmid, tahlil lan takbir kuwi minongko sodaqoh. Nek miturut imam Syafi'i ganjaran sodaqoh kuwi asal diniati lan ditujukake jelas kanggo sopo, Insya Allah tutuk. Pancen yen duso ora iso ditanggung karo wong liyo, nanging nek ganjaran kan bedo maneh. Contone ono wong duwe anak 5. Terus wong iki ketangkep korupsi. Bareng diputus karo pengadilan penjara 5 tahun, anak-anake banjur maju trus ngomong nek ukumane bapake arep diwakili anal limo mau gentenan saben wong siji setahun. Opo kiro-kiro ditrimo? Dhak yo ra kan? Duso ora bisa dilimphake. Bedo nek wong mau duwe utang limang juta lan jatuh tempo. Trus debt collector moro arep nyita jaminane kang rupo sepeda motor misale. Anak-anake kang limo mau ngomong karo debt collector ampun disita pak... Kito urunan saben tiyang setunggal jutanan kangge mbayar utange bapak, monggo. Mesti wae bakal ditrimo. Semono ugo ganjaran. Iso dihadiahno"
Atun: "Ooo... Dados mboten sedoyo bid'ah meniko awon, nggih kang?".
Parmin: "Iyo ngono coro aku"
Atun: "Berarti menawi ngoten njenengan niku ahsanul bid'ah -- sak sae-saene bid'ah."
Parmin: "Kok iso?"
Atun: "Tiyang ingkang rupinipun kados njenengan meniko mboten wonten zamane Rasulullah."
Parmin: "Hahaha iso-iso wae, awakmu, Tun!!"