Monday, November 25, 2024

"Testimoni Para Tokoh tentang 'Parmin & Atun: Ngaji Kitab Arbain Nawawi'"


"Parmin & Atun: Ngaji Kitab Arbain Nawawi" tidak hanya mendapat perhatian dari novelis atau sastrawan, tetapi juga diapresiasi oleh para kiyai pesantren. Sebuah novel unik yang menyandingkan keindahan sastra Jawa dengan nilai-nilai keislaman melalui penelaahan kitab klasik Hadits Arbain Nawawi. Berikut adalah pandangan dari para kiyai dan sastrawan tentang keistimewaan novel ini:

"Novel ini mengajak pembaca menyelam ke dalam penelaahan kitab Hadits Arbain Nawawi  melalui cerita yang menarik. Sebuah karya yang unik dan apik. Apalagi ditulis dengan Bahasa Jawa, semakin menambah buku ini eksentrik. Cara baru yang asyik, mempelajari hadits tidak lagi sebegitu ‘menakutkan’.”  
-- K.H. Abdul Ghofar Rozin, Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng, Ketua Majelis Masyayikh Pesantren Indonesia.

"Pesantren itu istimewa. Selalu ada terobosan yang mengejutkan dari sana. Novel ini adalah buktinya. Ini adalah novel pertama yang kandungannya adalah Syarah kitab Arbain Nawawi. Atau ini adalah penjelasan Arbain Nawawi bergaya novel. Saya yakin khazanah sastra santri tidak pernah kering. Novel ini salah satu buktinya."  
-- Habiburrahman El Shirazy, Novelis mega best seller "Ayat-ayat Cinta", Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam MUI Pusat.

“Bukan hanya sekedar novel yang menghibur tetapi juga sarat akan pengetahuan. Dengan novel ini kita bisa memahami hadits, belajar bahasa Jawa yang sudah mulai kita tinggalkan, sekaligus mendapat hiburan dari novel yg disuguhkan dengan cara yang menarik dan penuh dengan hikmah yang bisa dipetik untuk kehidupan sehari-hari”
-- K.H. Muhammad Abbad, Direktur Perguruan Islam Mathali’ul Falah, Kajen, Margoyoso, Pati.

"Buku ini sangat menarik. Ia mampu menyuguhkan hadits-hadits Arbain Nawawi dalam alur kehidupan yang nyata. Model syarah seperti ini tidak saja memudahkan memahami hadits, akan tetapi juga menghadirkannya dalam kehidupan yang kongkrit. Apalagi dari pemahaman dan pemaparan seperti ini, lahir hikmah-hikmah kehidupan yang diperlukan banyak kalangan dalam menjalani kehidupan. Selamat membaca...!"
-- Dr. K.H Abdul Ghofur Maimoen, Rais Syuriah PBNU, Pengasuh Pesantren Al-Anwar 3, Sarang, Rembang.

“Novel pertama di Indonesia dengan gaya tutur dan alur yang apik mengiringi penelaahan kitab klasik. Sebuah karya yang mengalir keluar dari arus utama ke pinggir yang tak terkira yaitu ranah sastra Jawa.”
-- Didik L. Hariri, Penulis Buku Best Seller “Jejak Sang Pencerah”.

"Sebuah karya sastra berbahasa Jawa yang sudah mulai langka ditulis. Kita bersyukur masih menemukan karya yang unik dan eksotis ini. Bahasa Jawa sering disebut lebih punya 'jiwa' ketimbang bahasa Indonesia dan itu ada benarnya dengan membaca buku ini. Dengan kandungan kisah yang disandarkan pada Kitab Hadits Arbain Nawawiyah, karya ini seperti buku panduan kebajikan dengan suguhan yang indah.. Selamat…"
-- Aguk Irawan MN, Novelis dan Pengasuh Pesantren Kreatif Baitul Kilmah Yogyakarta.

Sinopsis Dan Garis Besar Isi Novel "Parmin & Atun: Ngaji Kitab Arbain Nawawi"


"PARMIN & ATUN: Romansa dan Hikmah Hadits Arbain Nawawi"

Sinopsis

Novel berbahasa Jawa ini mengisahkan kehidupan sehari-hari pasangan suami istri Ja’far Amin dan Solihatun, yang akrab disapa Parmin dan Atun. Sebelum menikah, keduanya adalah santri di pesantren yang sama di kawasan pesisir utara Pulau Jawa atau Pantura.

Meski saling menyukai sejak di pesantren, hubungan mereka sempat terputus sebab Atun dinikahkan oleh orang tuanya dengan orang lain. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali hingga akhirnya menikah.

Dalam keseharian, Parmin selalu berusaha mengamalkan pesan para kyai dan guru-gurunya dengan “mulang” atau mengajarkan ilmu kepada istrinya. Salah satu yang menjadi fokus cerita ini adalah ketika Parmin mengajarkan kitab Hadits Arbain Nawawi di tengah suasana kemesraan mereka sebagai pasangan suami istri.

Garis Besar Isi Novel

  1. Makna Kitab Hadits Arbain Nawawi dalam Balutan Cerita
    Buku ini menggabungkan makna dan hikmah dari Hadits Arbain Nawawi yang disampaikan melalui rangkaian cerita fiksi yang mengalir.

  2. Dialog Mesra dan Romantis Antara Parmin dan Atun
    Hubungan Parmin dan Atun digambarkan dengan dialog yang penuh cinta, seperti:
    Bab 32:
    “Semanten ugi ulihe njenengan nandur welas lan katresnan marang kawula. Insya Allah mboten badhe muspra. Lamuna segara asat, prau katresnan kita tetep badhe lelayaran, mlampah wonten ing samudra kekangenan.”
    Bab 49:
    “Aku nemu ing awakmu perkara kang ora tinemu akal. Perkara kang aku rumangsa padhanane mokal. Perkara mau mlebu ana jero atiku alus kaya mlakune cikar ing dalan aspal tanpa nggronjal. Mula tresnaku ora bisa nimbal. Bebasan pit karo pedal, aku selawase saka awakmu ora bisa uwal.”

  3. Kata-Kata Bijak yang Sarat Hikmah
    Novel ini diperkaya dengan nasihat dan pemikiran yang inspiratif.
    Bab 16:
    Wektu terus lumaku tanpa gelem nunggu. Bebasan gegaman, wektu kaya pedang kang duweni mata loro. Sapa sing trangkas migunakake kanthi bagus, wektu bisa dadi kaya emas. Kosok walike, sapa wae bakal kegiles lamun ora bisa ngolah wektu kanthi trengginas.”
    Bab 45:
    “Ora bener kepencut dadi luwih apik tinimbang wong liya. Sing bener, tansah ngupaya supaya dadi luwih apik tinimbang awake dhewe ing dina kang wis lunga.”

Bab 33:

“...kabagyan kuwi ora mung amarga kekarepan kang keturutan, ananging luwih amarga  mareme ati nerima kahanan.” 

  1. Cerita dalam Cerita (Cerita Bingkai)
    Novel ini mengandung banyak kisah inspiratif yang menyampaikan hikmah melalui narasi tertanam.
    Bab 1:
    Kisah tentang seseorang di akhirat yang mendapatkan pahala haji, jihad, sedekah, dan amal lain, meski di dunia tidak mampu melakukannya. Hal ini terjadi karena niat tulus dan ikhlasnya sehingga Allah memberinya pahala.
    Bab 30:
    Kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang tetap memperlakukan tetangganya dengan baik meskipun selalu diperlakukan buruk.

Tuesday, February 6, 2024

Those Who Dream Of Success

Those who seek the moon, never hide from the night.

Those who desire pearls, never fear the wet.

Those who strive for victory, never flee from the fight.

Those who dream of success, never avoid the toil and sweat.


For happiness comes after patience and trust

With perseverance, we conquer seas that are vast.

In every challenge, an opportunity we must adjust,

And through struggle and faith, our dreams will be amassed.


So let us embrace the journey, both rough and steep,

With unwavering faith, our dreams we shall keep.

Like stars shining bright, our goals we shall reap,

For in perseverance and reliance, our joy runs deep.


Vocabularries
seek = mencariflee = melarikan diriamassed = dikumpulkan
hide = bersembunyiavoid = menghindariembrace = merangkul
pearl = mutiaratoil = bekerja kerasrough = berat
desire = inginsweat = keringatsteep = curam
wet = basahperseverance = kegigihanunwavering = kokoh
strive = berjuangconquer = menaklukkanreap = menuai
victory = kemenanganadjust = menyesuaikanreliance = kepercayaan

Friday, February 3, 2023

BAYANG-BAYANG ILUSI

 

 

BAYANG-BAYANG ILUSI

Oleh : Miwa 3 Tsanawiyah A

 

Semua dimulai dari seorang pemuda tampan penuh kejujuran, bernama Kozen -atau demikianlah teman-teman memanggilnya- yang sedang berkutat dengan lembaran-lembaran berisi penuh coretan tinta, mengais ilmu diiringi bisikan lembut angin sehingga membuat suasana sangat syahdu.  Di bawah pohon rindang ia bersandar ditemani seekor kucing oyyen kesayangannya yang bernama Shinji. Bunga-bunga yang bermekaran demi menerima kerlingan hangat sang pujaan hati matahari perkasa menari-nari terkena goyangan ekor Shinji. Di tengah kesibukan Kozen, sesekali ia menggelitik perut berbulu anak berkaki empatnya itu. Shinji yang “mendengkur” keras mengasah kuku di batang-batang pohon sambil bergulingan, melompat, berputar kemudian menggesek-gesekkan pipinya ke kaki Kozen.

            Tanpa terduga sama sekali, tiba-tiba saja seekor kucing putih odd eyes melenggok di depan mereka, menjatuhkan kalung yang dipakainya. Kozen si paling jujur yang melihat kejadian itu segera memungut benda tersebut lalu berniat memasangkannya kembali ke si pemilik sebenarnya.

Sebenarnya ia bisa saja berpura-pura tidak melihatnya atau membiarkan kalung itu disana. Tapi tidak! Di samping Kozen pribadi yang jujur, kalung itu bukanlah kalung biasa tetapi berwarna emas dengan kilauan perak dan berbandul batu ruby merah menyala.

“Orang sinting mana yang memakaikan kalung seindah ini ke kucing peliharaanya?”, batin Kozen.

            Saat si kucing mau dipegang, dia langsung menghambur pergi seperti ketakutan seakan melihat hantu bertaring panjang mau menerkam. Tanpa perintah, Kozen langsung mengejar.

“Hei tunggu!”, teriak Shinji.

“Kau lambat! Kejar aku jika kau bisa”, jawab Kozen dengan napas tersengal.

“Gendong aku”

“Tidak, kau berat!”

“Astaganaga….”, jerit Shinji mencak-mencak.

Thursday, March 11, 2021

Khutbah Jum'at "Keutamaan Bulan Sya'ban"

 

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

 اَلْحَمْدُ للهِ الّذِى مَنَّ عَلَى عِبَادِهِ بِموَاسِمِ الْخَيْرَاتِ  لِيَغْفِرَ بِذَلِكَ  الذُّنُوْبَ وَيُكَفِّرَعَنْهُمُ السَّيِّئَاتِ.  وَأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إِلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاشَرِيْكَ لَهُ إِلَهُ الأرْضِ وَالسَّمَوَات ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحُمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  أَشْرَفُ الْمَخْلُوْقَاتِ  اللهُم صَلِّ عَلَي سيدنا محمدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَالتّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَدَى اْلأزْمَاْنِ وَاْلأَوْقَاتِ، وَسَلّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

( أمّا بَعْدُ ) فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا  اللهَ تَعَالَى وَأَطِيْعُوْهُ ، وَقَدْ قَالَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم: يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

 ثُمَّ اعْلَمُوْا رَحِمَنِى اللهُ وَإِيّاكُمْ أَنَّنَا الآنَ فِى مُؤَخَّرَةِ شَهْرٍ عَظِيْمٍ  وَمُقَدِّمَةِ  شَهْرٍعَظِيْمٍ عِنْدَ  اسْتِقْبَالِ شَهْرٍ أعْظَم.

 

Ma’asyiral Muslimiin, rahimakumullah...

Pada kesempatan mulia ini marilah kita bersama-sama lebih memantapkan hati kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wata'ala dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Marilah kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan teguh dalam pendirian serta mampu mengendalikan diri dalam berbagai masalah kehidupan yang kita hadapi.

Dengan ketakwaan, seseorang akan senantiasa merasakan kehadiran Allah pada setiap masa dan di manapun ia berada. Bukan saja ketika berada di masjid atau mushalla, tapi juga disawah, di pasar, atau di tempat ia bekerja. Saat gembira atau duka, benci atau cinta, ketika berbicara atau berbisik tanpa suara, ketika bergerak atau diam, ketika berdiri, duduk, atau berbaring, dalam keramaian atau sendirian, saat damai dan tenteram, pula saat-saat kritis dan bahaya yang mencekam. 

Dan apabila takwa telah bersemanyam di dada, maka akan lahir pribadi yang utuh, menyatu jiwa dengan raganya, menyatu bisikan hati dengan ucapannya, menyatu kata dan perbuatannya, juga menyatu langkah dan tujuannya. Ia akan menemukannya teguh dalam keyakinan, teguh tapi bijaksana, senantiasa bersih dan menarik walau miskin, selalu hemat dan sederhana walau kaya, murah hati dan murah tangan, tidak menghina dan tidak mengejek, tidak menghabiskan waktu dalam permainan, tidak menuntut yang bukan haknya, dan tidak menahan hak orang lain.

Ucapannya melipur lara dan membawa manfaat, diamnya pertanda tafakkur, dan pandangannya alamat i’tibar. Bila beruntung ia bersyukur, bila diuji ia bersabar, bila bersalah ia istighfar, kalau ditegur ia menyesal, dan kalau dimaki ia menjawab seraya berucap : “Bila makian Anda benar, maka semoga Allah mengampuniku dan bila keliru, maka kumohon Tuhan mengampunimu”.

Demikian menyatu seluruh tuntunan kebaikan dalam dirinya, lahir dan batin. Sehingga, pada akhirnya “tatkala diam ia dengan Allah, tatkala berbicara ia demi Allah, tatkala bergerak ia atas perintah Allah, tatkala terlena ia bersama Allah. Sungguh, ia selalu dengan, demi, dan bersama Allah.”

Jika seseorang telah benar bertakwa, maka kemanapun langkah diayunkan dan ke manapun angin membawa biduk, betapapun besar ombak dan gelombang, kendati pantai hanya sayup-sayup terlihat, namun semua itu bukan masalah besar sebab takwa telah bersemai di dalam hati sanubarinya.

Baginya, Allah adalah pangkalan tempat ia bertolak serta pelabuhan tempat ia bersauh.

Itulah makna pesan dari firman Allah:

 اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

(Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; Janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (QS. Âli ‘Imrân [3]: 102).

Saudaraku Kaum Muslimin  yang berbahagia

Wednesday, July 29, 2020

Khutbah Idul Adha 1441/2020 Bahasa Jawa: Wurung Haji, Qurban Lan Pandemi Covid-19


اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  * اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ *اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ   * اللهُ أَكْبَرُكَبِيْرًا *  وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا *  وَسُبْحَانَ اللهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً  *  لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ اِلدّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ *  لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحَزَابَ وَحْدَهُ * لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ * اللهُ أَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ * الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ اْلأَعْيَادَ مُوْسِمَ اْلخَيْرَاتِ *  أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ الأَرَضِيْنَ وَالسَّمَاوَاتِ * وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلىَ دِيْنِهِ بِأَوْضَحِ اْلبَيِّنَاتِ  *  اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ الْكَائِنَاتِ * سَيّدِناَ محُمَّدِ النَّبِيِّ اْلأُمِّيَّ  وَعَلَى آلِهِ   وَأَصْحَابِه ِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ  إِلىَ آخِرِ الدُّهُوْرِ  وَالسَّنَوَاتِ * أَماَّ بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ *أُوْصِيْكُمْ وَاِياَّيَ بِتَقْوَاللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ* وَاعْلَمُوْا أَنْ يَوْمَكُمْ هَذَا يِوْمَ الْعِيْدِ اْلأَكْبَرِ

Jamaah shalat Idul Adha, Rahimakumullah.

Mangga kita samiya tansah  netepi taqwa dateng Allah, kanti taqwa ingkang sakestu sarana nindakaken sedaya perintah lan dawuh dawuhipun, saha nilar lan nebihi sedaya cegah lan awisanipun, wonten ing swasana kados menapa kemawon, kapan mawon, lan wonten ing pundi kemawon,  nuju suka utawi berduka, kawontenan sulit utawi gampil, ing kawontenan sepen utawi rame, tansah netepana taqwa lan thaat dateng Allah supados kita tansah pikantuk rahmat lan kanugerahan, kebahagyaan gesang  saking ngarsa Dalem Allah Ta’ala. Langkung langkung wonten ing mangsa pagesangan ingkang sangsoyo angel punika, kanti taqwallah Insya Allah kita bade manggehaken margi gampil saking kawontenan angel menika,  Gusti Allah sampun  dawuh :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Sing sapa wonge taqwa marang Allah, Mangka Allah bakal ndadekake perkarane wong kuwi dadi gampang ” (QS. At Thalaq : 4).

Hadirin hadâkumullâh,

Wonten ing sak lebetipun wulan Dzul Hijjah meniko, kathah kedadosan peristiwa penting. Antawisipun prastawo nabi Ibrahim AS dipun perintah supados nyembelih putronipun Nabi Ismail AS, pembangunan Ka’bah dening Nabi Ibrahim lan Islamil alihima salam, ibadah haji, shalat ied lan ibadah Kurban.

Tahun meniko, ibadah haji lan ibadah qurban kedah dipun laksanaaken wonten ing swasono pandemi Covid-19 ingkang ngantos sak mangke dereng lerem. Ananging kito kedah yakin bilih sedoyo wau mboten lepas saking ketentuanipun Allah subhanahu wata'ala, sahinggo minongko ummat Islam ampun ngantos semangat ibadah kito dados mlempem.

Kados ingkang kito mangertosi sedoyo, amargi pandemi Covid-19, Jamaah Haji Indonesia tahun 2020 mboten saget tindak wonten ing Tanah Suci. Pemerintah damel keputusan mbatalaken pemberangkatan haji mboten sanes nggadahi tujuan anjagi keselametan jiwo jamaah supados mboten ketularan virus Corona. Semanten ugi Pemerintah Arab Saudi kiyamak ugi mboten paring izin dumateng jamaah saking luar negeri nglampahi rukun Islam ingkang nomer gangsal meniko. Namung wargo Arab Saudi lan wargo Asing ingkang netep wonten ing Arab Saudi, ingkang dipun parengaken nindaaken ibadah Haji. Ngoten mawon kanti wates wilangan soho protokol ingkang ketat sanget.  

Kagem calon jamaah haji tahun 2020, temtu awrat sanget anggenipun nampi keputusan meniko. Sak sampune ngrantos antrian kuota haji ingkang mboten sekedap lan nglunasi ongkos naik haji (ONH) ingkang mboten sekedhik, nanging sareng giliran kantun berangkat, ndadak dipun wurungaken.

Friday, June 5, 2020

Khutbah Jumat Bulan Syawal Bahasa Jawa

Nglestareken Nilai-Nilai Ramadhan


الحمد لله المحمودِ في كل أوان، المعبودِ بحقٍّ في كل الزمان، الذي يَخْضَعُ لعَظَمَتِهِ الملائكةُ والإنسُ والجانُّ، اللهم صلي علي سيدنا محمّدِنِ المختار وعلي آله وأصحابه الأخيار، ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين مَا شَعَّتِ الأنوارُ ، وَمَا غَرَّدَتِ الأطْيار. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ، وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (النمل: ٨٩-٩٠ )
Para sederek jama'ah Jum'ah rahimakumullah,
Minangka purwakaning atur keparenga kula ngajak dateng awak kula kiyambak lan panjenengan sedaya, mangga sami kita tingkataken taqwa kita dumateng Allah, kanti ngestokaken dawuh dawuhipun , lan nebihi sedaya awisanipun. Inggih namung kanti taqwa dumateng Allah punika kita bade kaparingan rahmat lan kawilujengan  gesang  saking ngarsa Dalem Allah Ta’ala, wiwit gesang ing alam dunya punika ngantos mbenjang dumugining akherat, Amiin. 
الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ * لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Wong wong kang pada iman lan pada taqwa, tumrap wong wong mahu kabungahan ing ndalem panguripan dunya lan akhirat, ora ana owah owahan kanggo janjine Allah, Kang mengkono mau minangka kabegjan kang agung”  *QS.Yunus : 63-64).
Hadirin ingkang dipun rahmati Allah,
Sederingpun Ramadhan, kito sedoyo ngarep-arep datengipun kanti ati ingkang bronto. Sak meniko sesampunipun Ramadhan nilar kito sedoyo, monggo kito muhasabah utawi ngenget-enget maleh menopo mawon ingkang sampun kito lampahi sak lebeting wulan mulyo meniko. Menawi kita sampun nglampahi kesaenan monggo kito jagi lan kito tingkaten amalan sae meniko. Menawi kito kagolong tiyang ingkang lirwo, monggo kito enggal-enggal taubat kanti taubatan nasuha.
Sianoso wulan Ramadhan ingkang kebak ampunan lan rahmat soho ganjaran ingkang dipun tikel-tikelaken sampun kliwat, ananging wekdal kangge ngibadah lan ngamal sae mboten badhe lingsir ngantos malaikat Izroil mapak kito medal saking ngalam ndunyo meniko.    
Ngibadah siyam lan qiyam, sedekah lan sanesipun tetep dipun printahaken wonten ing sak njawinipun Ramadhan. Agami Islam maringi kesempatan dumateng kito nerasakan lan nglestantunakan ngibadah siyam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam paring dawuh dumateng kito supados sami siyam sunnah nem dinten ing wulan Syawal.
 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
“Sopo wonge kang poso Ramadhan, nuli ngetut mbureni kelawan poso nem dino ing wulan syawal, mongko wong mau koyo poso sajerone setahun” (HR Muslim).  
Sanesipun poso syawal, taksih wonten poso sunnah Senin-Kamis, poso tigang dinten (al-ayyam al-bidh utawi poso padang mbulan) inggih meniko tanggal 13, 14 lan 15 tiap wulan, poso sunnah tarwiyah-arafah, poso wulan rejeb lan sanes sanesipun.

Saturday, May 23, 2020

Khutbah Idul Fitri Bahasa Jawa 1441H - 2020M

Khutbah Idul Fitri Bahasa Jawa 1441H - 2020M


اَللهُ أَكْبَرُ . اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. اللهُ أَكْبَرُ بِفَضْلِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ بحِلْمِهِ وَعَفْوِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ بِجُوْدِهِ وَكَرَمِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ، وَبَسَطَ الأَرْضَ بِغَيْرِ عَنَتٍ،
الْحَمْدُ ِللهِ الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ حــذر عـبــادَه  مـن الـمـعــاصي والـمـنـكر والأغــتـرار  * ورَغـبـهــم فى الأســتـعــداد لــدار الـقــرار *   أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ   الـذي يخــلـق مــا يــشــاء ويــخــتــار  * وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ســيــد الـخــلائــق والـبــشــر * اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدِ نــَور اْلأُنــوار*  َ وَعَلَى آلِهِ  وَأَصْحَابِهِ الـمــهــاجــريــن والأنــصــار *  وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ دار الـقــرار *  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا اْلحَاضِرُونَ اْلكِرَامُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ*
Kaum Muslimin lan Muslimat Rahimakumuilah,
Kapurwakan kanti suruping surya, minangka tengara sampurnanipun wulan Ramadhan, sinambet kanti kumandanging takbir mangangkang ngebaki awang awang, tasbih, tahmid lan tahlil nyertani swantening takbir, minangka tandaning raos syukur saking sedaya ummat Islam sak indenging jagat raya punika. Mahargya dinten kemenangan jalaran lelampah lan jejibahan ingkang sekelangkung awrat sampun kaleksanan kanti sampurna. Lan sinaoso tahun meniko kita mahargyo Idul Fitri wonten ing kawontenan ingkang mboten biasa, inggih ing tengah-tengahipun pandemi covid-19 ingkang ngantos sak mangke taksih dipun raosaken sedoyo tiyang ing ngalam ndunyo meniko, ananging wonten dinten ingkang kebak rahmat, maghfirah, enjang punika,  mangga kita kunjukaken pengalembana lan syukur kita wonten ngayunan dalem Allah Subhanahu wa Ta’ala, awit peparingipun arupi kanugerahan kekiyatan dateng kita sedaya, kita saget nindakaken shiyam Ramadlan ngantos pari purna soho kito taksih kaparingan kesempatan lan kesehatan sahinggo kito taksih saget ngayahi sholat idul fitri sareng-sareng kaliyan sederek sederek kito sedoyo.  Panyuwun kita mugi sedaya amal ibadah kita langkung langkung shiyam kita sageta  maqbul tinampi wonten ngarsa dalem Allah Ta’ala. Lan mugi-mugi Allah maringi panjang yuswa kita sedaya sahinggo saget pinanggih malih kaliyan wulan Ramadlan ing tahun tahun ingkang bade dateng wonten swasono ingkang langkung sae. Amiin.
اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ لآ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Kaum Muslim lan Muslimat ingkang minulya
Agami Islam sampun paring piwucal dumateng ummatipun bilih saben-saben musibah ingkang dumawah, mesti mengku hikmah kesaenan wonten sakwingkingipun. Samubarang engkang dipun paringaken Allah dumateng kawulonipun, menopo niku perkawis ingkang andamel bungah utawi susah temtu wonten hikmah ingkang saget dipun pendet dening tiyang-tiyang ingkang sabar lan iman dumateng Allah SWT. Kados ingkang kadawuhaken Allah wonten ing surat Al Baqarah ayat 216,
وَعَسٰى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ  وَعَسٰى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ . وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Lan menowo-menowo awak iro kabeh podo gething marang siji perkoro, ing mongko perkoro mau sejatine bagus kanggo iro kabeh. Lan menowo-menowo awak iro kabeh podo demen marang siji perkoro, ing mongko perkoro mau sejatine olo kanggo iro kabeh. Allah kuwi pirso lan awak iro podo ora ngerti kabeh.”   
            Pramilo, sinasoso kito rumaos gething lan mboten seneng, utawi kito anggep wabah meniko perkawis ingkang awon, ananging mesti mawon wabah meniko nggadahi pinten-pinten hikmah. Adedasar dawuh Allah kasebat, kito kedah nggadahi sikap optimis lan mboten putus asa soho mboten kelangan keyakinan bilih wonten ing wingkingipun cobaan meniko mengku kesaenan lan pelajaran ingkang positif, ingkang patut kita galih minongko ibroh utawi pangangen-angen kito sedoyo.  
Hadirin Rahimakumullah,

Wednesday, June 14, 2017

Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun (22)

Hadits kaping 8 "Kehormatane Wong Muslim"


عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال " أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة , فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله تعالى -رواه البخاري ومسلم

Kacarito saking Ibnu Umar Radliallahu Anhuma, Saktemene Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dawuh: “Aku diperintah merangi menungso sahinggo wong mau nyekseni yen saktemene ora ono pengeran kang patut disembah seliyane Allah lan nyekseni saktemene Nabi Muhammad iku utusane Allah, njumenengake sholat lan ngetokake zakat. Sopo wonge wis nglakoni perkoro mau mongko jiwo lan bondo dunyane bakal diayomi kejobo nganggo hak Islam lan itung-tungane ono ing ngarsani Allah subhanahu wata’ala. (HR. Bukhori, Muslim)

Bis jurusan Semarang-Surabya mandeg ono ing terminal Pati, saperlu ngedunke penumpang kang pancen tujuane tekan Pati lan ngunggahke penumpang kang tumuju arah wetan. Parmin cepet-cepet munggah bis arep-arep entuk panggonan lungguh. Nanging ora koyo biasane, dino kuwi ternyata akeh bangku kosong. Parmin banjur lungguh kursi kang ono ing tengah, jejer wong lanang nom-noman kang penganggone rodo ora umum ning Jowo. Jubahan lan surbanan sarwo putih. Jenggote dowo senajan arang-arang lan bathuke ono gosonge, ireng.

Parmin: “Assalamu’alaikum”
Wong lanang: “Waalaikum salam, akhi. Tepangke kulo Roihan. Njenegan kaparingan asmo sinten?”
Parmin: “Kulo Parmin. Niki njenengan badhe tindak pundhi nopo saking pundi?”
Roihan: “Badhe teng Suroboyo. Lha Njenengan?”
Parmin: “Kulo badhe silaturrahim wonten rencang ing Tuban”

Senajan lagi pertama ketemu, nanging gayane Parmin pancen ngunu kuwi, sok akrab.

Tuesday, March 21, 2017

Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun” (21)

Hadits ke 7 "Agomo kuwi Nasehat"

عن أبي تميم بن أوس الـداري رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال " الدين النصيحة قلنا لمن ؟ قال : لله ولرسوله وللأئمة المسلمين و عامتهم

Ning ruang tamu, Parmin lagi ngotak-atik Blackberry anyar paringane gus Mat, koncone jaman aliyah sekaligus guru spirituale. Senajan ora anyar gres nanging kondisine hp isih apik.

Atun: "Njenengan kok  ketingale serius sanget, kang?"
Parmin: "Ho-oh. Tak poto ya, Tun?"
Atun: "Walah, mboten ah. Isin kulo"
Parmin: "Ra popo lah. Gelem Ya..? ya..?"
Atun: "Mangke nek wonten rencange njenengan ingkang sumerep, sepundi?"
Parmin: "Pancene kenopo nek ono sing ngerti bojoku super ayu?"
Atun: "Kulo pingin, nek disenengi menuso, nggih namung njenengan kiyambak thok thil. No one else!"
Parmin: "Wih! So sweet..!"
Atun: "Hehehe.. Atun getu loh.."

Parmin durung sempat  njawabi bojone, ujug-ujug ono wong uluk salam "Assalamu alaikum...."

Parmin lan Atun njawab bebarengan, "Waalaikum salam warahmatullah"

Bareng mbukak lawang Parmin rodo kaget weruh wong lanang kang umure kiro-kiro telungpuluhan. Rambute gondrong nganggo kaos oblong putih, kopyah ireng kalungan tasbih Brengos lan jenggote dowo. Ngaggo sarung, sabukan gedhe wernane ijo,  koyo sabuke wong kaji. Sandale bakiak sing digawe soko kayu.

Parmin: "Mmm...  Monggo!"

Wong lanang mau takon karo mesem, "Leres niki daleme pak Ja'far Amin?"
Parmin: "Sekedap.... ! Iki Paidi?!  Wah sampeyan kok mandan rowo tenan, manglingi! Monggo-monggo.."
Paidi: "Hahaha....  Sehat, Min? Wis manak piro?"
Parmin: "Alhamdulillah.. Meh siji. Oh yo... Tun... Gawekke kopi. Iki kancaku mondhok, Fuaidi, tapi terkenale Paidi. Iki bojoku Di, Atun, Sholihatun"
Paidi: "Wilujeng, mbak"
Atun: "Pangestune, kang"

Dikancani kopi lan blanggem- telo goreng, Parmin karo Paidi ngobrol ngalor-ngidul nostalgia nyolong onthel pisang kiyaine, mlumpat pager pondok lungo nonton film lanyar tancep lan liya-liyane.

Paidi: "Oh iyo, Min, aku arep takon. Jaman ning pondok awakmu yen perkoro kitab kan luwih pinter tinimbang aku. Senajan nek gelut aku sing menangan. Hahaha..."
Parmin: "Hehehe yo, piye?"
Paidi: "Wingi ono wong takon penjelasane hadits kang isine ngene: Kanjeng Nabi dawuh: Agomo kuwi nasehat. Poro sahabat mbanjur takon, kagem sinten kanjeng rasul?, kanggo gusti Allah, kitabe Allah, utusane Allah, pimpinane ummat muslim lan kabeh rakyate.
Parmin: "Nasehat kuwi coro arti bahasane "murni". Tegese misahake perkoro kang apik soko perkoro kang ora apik. Contone wong kang meres madu. Hiyo iku murniake madu kanti misahake madu soko lilin.  Ono meneh artine nasehat songko arah boso yoiku "njahit". Wong kang njahit pakaian ora liyo perlune kejobo supoyo dadi apik lan kepenak dienggo. Mulo nasihat kuwi berarti karep ati kang tulus merhatikake kang dinasehati supoyo apik  Dadi nasehat kagem Allah yo murnikake Allah songko samubarang opo wae. Menungso kudu manggonake awake dewe ono ngersane Gusti Allah ing panggonan kang sak mestine. Iyo iku menungso minongko kawula lan Allah siji-sijine zat kang kudu disembah. Percoyo marang Allah kelawan ati kang sumeleh. Siap nglakoni opo kang diperintahake lan ngedohi kabeh awisane. Lan maksude nasihat kagem Kitabullah kuwi percoyo isine  lan ndadeake Al-Quran dadi pedoman urip. Nasihat kagem Rasulullah tegese nyonto perilaku lan anut dawuhipun Rasulullah. Sak teruse, nasehat kanggo pemimpin kuwi maknane patuh marang pimpinan menowo isih ora metu soko tatanan. Yen pemimpin kok ora pantes di anut yo dikandani menowo kuwoso. Yen ora biso ngandani yo di dongakno. Kang terakhir nasehat kanggo rakyat. Menowo deweke pejabat kudu welas lan adil kelawan rakyate. Menowo podho-podho  rakyate yo tulung tinulung sarto saling wasiat kelawan sabar lan ora metu soko keapikan"

Paidi: "Cocok! Siji meneh... Supoyo ati ayem lan ora atos piye, Min?"
Parmin nuli nyanyi, " Tombo Ati iku limo ing wernane, Kaping pisan moco Qur'an angen-angen sak maknane, Kaping pindo sholat wengi lakonono, Kaping telu wong kang sholeh kumpulono, Kaping papat kudu weteng ingkang luwe, Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe"

Paidi: "Nek kumpul wong soleh tapi wis sedo piye, Min?"

Soko ruang tengah Atun ngomong banter,  "Yo ora penak nek mati!. Dhak ora iso ngremes-ngremes. Ra sido ehm.. ehm.... yen ngunu...!"

Paidi: "Opo, Min?
Parmin: " Mbuh.....! Opo Tun?"
Atun: "Niki lho kang, iklan alat pijet elektric teng tivi. Nek baterene telas dhak mboten saget mijet kan..?!"

Paidi  : "Oh..... Tak kiro opo Hahahahaha..."
Parmin : "Hehehehehe....."

Friday, March 10, 2017

“Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun” (20)

Hadits ke 6  bagian ke-2 "Apik Alane Wong Tergantung Atine"

 أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ   مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ  أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ --- رواه البخاري ومسلم 

Mongso rendeng sajak luwih dowo tinimbang biasane. Wulan Maret kang adate wis rodo marit udan, tahun iki durung ono tondo-tondo mongso ketigo arep enggal teko.  

Kurang luwih tabuh loro Atun nglilir amergo kaget krungu suarane angin  lan gludhug  kang banget bantere. Noleh menengen, bojone katon angler, ora rumongso keganggu karo langit kang koyo-koyo lagi pamer kesaktiane. Atun noto selimute Parmin, banjur mesem nyawang  bojone kang turu koyo bocah cilik. Nong njero ati, Atun ngomong, "Kok umpamane Gusti Allah gawe langit runtuh saiki, angin dikersaake biso maburake gunung-gunung lan ngrataake bumi, aku ora bakal protes. Gusti Allah wis paring aku kanugrahan kang tanpo upami. Yo iku biso nyawang panjenengan kados mekaten. Nek jare nyanyiane Omm Kultsum: mbarke wae aku ono ing sandingmu, panggonke aku ning njero atimu, yen menowo iki mung ngimpi, yo wis ora opo-opo. Benlah aku ngimpi selawase. Alhdulillah...!" 

Mari ngono Atun banjur tangi, moro kulah, wudhu lan solat dalu. Kurang luwih setengah jam, Parmin ugo tangi. Weruh bojone lagi wiridan, deweke tumuli ning kulah, wudhu lan sholat dalu.

Parmin: "Assalamu alaikum".
Atun: "Waalaikum salam. Kathah kang ingkang jamaah shubuh?"
Parmin: "Iseh ono telung shof. Lumayanlah wong udan koyo ngene kok!"
Atun: "Kang...."
Parmin: "Opo, Tun?"
Atun: "Kulo pingin masak daging sapi. Tulung njenengan tumbaske bagian ingkang paling sae sangking sapi setengah kilo, kaliyan bagian ingkang paling awon setengah kilo".
Parmin: " Insya Allah"

Ora luwih seko sejam, Parmin wis bali ulihe lungo pasar.

Parmin: "Iki lho Tun, pesenanmu wis tak tukokno".

Bareng dibuka bungkusan blonjone, Atun kaget, " Lho kang... Kok sami? 
Bagian paling sae kalian bagian paling awon kok sami-sami ati kalian ilat?"
Parmin: "Yo pancen koyo kuwi Tun. Kanjeng nabi Muhammad dawuh kang surasane koyo ngene: Ngertiyo yen sak jerone awak iki ono sekempel daging. Lamun daging mau apik mongko kabeh sak awak dadi apik. Lan lamun daging mau elek, mongko kabeh sak awak dadi elek. Ngertiyo sak temene daging mau iku ati . Mulo soko kuwi ati iso dadi bagian sing paling apik ugo biso dadi bagian sigg palong olo. Lha ilat kuwi bakal landep migunani asal atine apik. Sewalike bakal landep natoni yen atine elek"
Atun: "Lajeng wonten tiyang ingkang atine dicangkok niku dospundi kang?"
Parmin: "Hahaha... Ngene lho Tun, songko arah bahasa......  qolb artine jantung, coro Inggrise heart  Bahasa Arabe ati kang physically kuwi kabidun. Lha... qolb ning hadits mau dudu ati secara fisik,  ananging ati kang ora ono wujude kang biso ditengeri kelawan indrane menuso. Ono kalane diarani kalbu utowo manah. Hiyo kuwi suwijine latifah/titik sensor/dimensi ketuhanan kang ora duwe bentuk fisik. Paham"
Atun: "Kadose paham."
Parmin: "Kok kadose? Masalah ati,  menungso pancen diparingi dining gusti Allah pengetahuan kang banget sitike . Sing jelas, atine menungso iku  menowo diumpamake banyu, iso koyo segoro lan iso koyo banyu ning baskom. Nek banyu segoro iso nampung opo wae. Apik elek ora berpengaruh. Semono ugo atine menuso yen koyo segoro. Ono masalah opo wae biso tenang. Gampang ngapuro wong kang duwe kesalahan, ora tersinggungan, lan ora kagetan. Bedo yen atine cilik koyo banyu ning baskom. Ono masalah mung sepele, wis gonjang ganjing koyo meh kiamat. Mengko dhisik......., aku arep takon. Kenopo awakmu kok njaluk di tukokno bagian sapi sing paling apik sekaligus sing paling elek?"
Atun: "Oh.. Jane niku namung pralambang mawon. Kulo nampi njenengan komplit. Mulai ingkang awon ngantos ingkang sae. Totalitas nampi panduman saking Allah"
Parmin: "Opo ora pasemon yen menungso kuwi duwe sisi apik lan sisi olo?"
Atun: "Ngoten nggih saget".
Parmin: " Opo jane awakmu arep ngomong yen asline aku iki ora gantheng tapi awakmu wis kadung seneng dadi yo dianggep apik wae, ngono?"
Atun: "Ngoten nggih saget".
Parmin: "Opo awakmu rumongso ora pati ayu nanging piye wae ono bagian liyo kang luwih apik tinimbang rupo?'
Atun: "Ngoten nggih saget".
Parmin: "Kok? Opo piye?
Atun: "Ngoten nggih saget".
Parmin: " Ha? Maksudmu?'
Atun: "Ngoten nggih saget".

Atun cepet-cepet ninggal Parmin tumuju pawon. Parmin nututi soko mburi tumuli nyikep bojone. Kanti lirih Parmin muni, "I love you.."

Monday, March 6, 2017

“Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun” (19)

Hadist ke-6 "Halal Lan Haram"

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى  الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ  لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ 
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ   مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ  أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
[رواه البخاري ومسلم]

Dino Seloso Parmin lungo ning pasar kewan saperlu tuku wedhus kanggo persiapan akikah mengko yen anake lahir. Tekan pasar, Parmin ketemu Paijan, koncone sekolah waktu SD.
Parmin: "Paijan...?"
Paijan: "Parmin..... Piye kabare? Golek opo? Sapi po wedhus?"
Parmin: "Alhamdulillah apik. Arep golek wedhus, Jan."
Paijan: "Iki lho Min, wedhusku tuku! Ijeh limo. Tulung ya... Wit isuk rung ono sing payu. Sing paling gedhe regone Sejuta telungatus. Sing rodo cilik, wolung atus ewu. Sing cemek 3  kuwi nem atusan. Nek mbok tuku kabeh tak sudo regane mengko. "
Parmin: "Aku iki lagi teko... Ngko disiklah.... Tak delok-delok liyane".
Paijan: "Ngene wae, Min... Awakmu ngewangi aku ngedol wedus-wedus iki"
Parmin: "Yo! Kene sing loro tak gawane".
Paijan: "Maksudku ngene lho, Min. Awakmu dadi banjet-ku. Dadi yen pas aku nawakke wedhus karo wong.. cedhakono wong sing arep tuku mau. Bisiki wonge supoyo gelem tuku. Yo ngarang-ngarang sitik ngunu supoyo wonge terpengaruh"
Parmin: "Wah... Moh aku yen carane koyo ngono. Nipu jenenge!"
Paijan: "Nipu sitik-sitik ra popo lah, Min".
Paijan: " Sithik akeh sing jenenge nipu, yo tetep ae nipu. Kanjeng Nabi nate ngendikan Sak temene perkoro kang halal kuwi jelas. Lan perkoro kang haram ugo jelas. Ing dalem antarane halal lan haram ono perkoro kang samar-samar (syubhat) kang akeh wong podo ora ngerti. Sopo wonge  wedi marang perkoro syubhat mongko wong mau wis nyelametake agomo lan kehormatane".
Paijan: "Lha enake trus piye, Min?"
Parmin: "Gowo rene wedhusmu tak dolke. Aku wenehi hak adol wedhusmu. Wakilno ning aku!"
Paijan: "Yo. Tapi ojo mbok dol kurang soko rego sing tak sebutke mau ya".
Parmin: "Tak trimo. Iki sing papat tak gowone sing gedhe nomer loro iki cekelen dishik."

Kiro-kiro sejam Parmin bali nemoni Paijan meneh tanpo nggowo wedhus karo ngguya-nguyu.

Paijan: "Piye, Min?"
Parmin: "Alhamdulillah... Sing paling gedhe payu se juta limang atus ewu. Sing cilik-cilik loro payu wolung atusan sing cemek sijine payu 850. Iki duite..."
Paijan: "Wah... Hebat awakmu, Min. Berarti bagianmu 850 ewu iki. Duit bagianmu kanggo tuku wedhus sing iki, ya?"
Parmin: "Iyo!. Nek aku mbok wenehi bagian 850, berarti isih turah 50 ewu yo?"
Paijan: "Iyo... Monggo! Iki duitmu lan wedhusmu. Matur nuwun"
Parmin: "Aku yo matur nuwun. Arep tuku wedhus malah entuk wedhus gratisan. Hahaha.. Sing seket ewu nggo sarapan wae yuk.... Warung ndi sing enak? Nek kurang mengko tak tambahi "
Paijan: "Ning cedhak musholla kono ono swike kodok. Enak!"
Parmin: "Walah, kodok ki senajan ono sing ngarani halal tapi coro mazhabe imam Syafi'i haram dipangan. Berarti yo halale syubhat. Syubhat kuwi ono kalane pancen barange, koyo kodok kang isih dadi persualayan poro ulama masalah hukume, lan ono kalane syubhat sebab ulihe entuk barang nganggo coro kang remeng-remeng hal harame. Liyane wae ah!"

Akhire Parmin lan Paijan sarapan sego gandhul. Mari sarapan, Parmin langsung mulih.  Tekan omah wis ditunggu karo bojone.

Atun: "Angsal mendo regi pinten kang?"
Parmin: "Nol rupiah, Tun"
Atun: "Kok saget, kang?"

Parmin banjur nyritakke kejadian ning pasar mau.

Atun: "Remeng-remeng niku berarti syubhat nggih kang?"
Parmin: "Yo, Tun. Syubhat coro jowone remeng-remeng. Ora cetho"
Atun: "Hihihi... Tapi nek lampune ingkang remang-remang niku langkung asyik lho kang... Lebih romantis getu loh..."
Parmin: ""#%&@!??"

Sunday, February 12, 2017

“Ngaji hadits Arbain Nawawi bareng Parmin lan Atun” (18)

Hadist ke 5 "Bid'ah"

Amergo kulino, senajan wis diwanti-wanti karo bojone supoyo ora ngangkat abot-abot, Atun kelalen. Ember kang isine kebak banyu arep dijunjung saperlu mbilasi kumbahan. Parmin kang wit mau nunggoni bojone umbah-umbah, langsung mbengok, "Mandeg, Tun! Ben aku wae sing njunjung embere!"
Atun: "Nggih kang.. Ngapuntene, supe"
Parmin: "Sesuk meneh diiling-iling. Piye kandane bu bidan? Selama kehamilan dilarang mengangkat beban berat."
Atun: "Nggih kang..."
Parmin: "Terus terang..., Kebahagiaan sing tak rasakno sedurunge ketemu awakmu kuwi ora liyo mung amun-amun --fatamorgana, ora nyoto. Urip sing sak benere yo sing tak lakoni bareng awakmu , Tun. Dadi nek ono wong takon kapan aku lahir, mongko jawabe tanggal pernikahan awake dewe kuwilah tanggal kelahiranku. Mulo yen awakmu nganti mringis gedhene nangis, dudu awakmu dewe kang ngrasakno tapi bojomu luwih dene loro".
Pipine Atun kang putih maleh dadi njambon amergo atine bombong ambi gombalane bojone.
 
Sinambi njerengi kumbahan, Atun takon marang Parmin, "Kang, bid'ah niku nopo?"
Parmin: "Bid'ah kuwi, nglakoni perkoro anyar kang ora pernah ditindhaake Kanjeng Nabi. Kenopo kok ujug-ujug takon bid'ah?"
Atun: "Wingi pas blonjo, kulo kepanggih mbak Sri ingkang jilbabe panjang niku lho kang. Kulo dipun sanjangi nek tahlilan, berjanjenan, muludan lan tingkepan niku bid'ah. Menawi bid'ah niku mboten angsal ganjaran malah duso."
Parmin: "Ono ing Hadist Arbain Nawawi kang nomer limo, diriwayatake menowo kanjeng Nabi nate dawuh sing surasane koyo ngene: sopo wonge kang nglakoni penggawean kang ora ono dasar perintah agomo, mongko ngamal penggawean mau ora diterimo. Ananging ulama duweni pendapat dewe-dewe masalah bid'ah iki. Miturut Imam Ibnu Arabi bidah asal ora bertentangan kelawan syariat ora masalah. Nanging yen bid'ah kang nulayani dalil Quran lan hadits mongko kuwi sasar utowo dholalah. Dene imam Nawawi, panjenengane mbagi bid'ah dadi limang perangan. Suwijine Wajib, koyo mbangun sarana transportasi, kapindo sunnah koyo nglafalake niyat nalikane sholat. Nomer telu mubah koyo nganggo sarung utowo kaos. Kaping pat makruh koyo maesi masjid. Lan terakhir haram koyo ngalalake daging babi senajan babi mau wis aman lan resik soko bakteri lan penyakit".
Atun: "Menawi ganjarane tahlilan niku dugi dumateng arwah ingkang dipun kintuni nopo mboten, kang?"
Parmin: "Tahlilan kuwi sing diwoco opo? Kan yo kalimah tahlil, tahmid, tasbih, takbir ayat-ayat quran sholawat, lan liya-liyane kang ora ono sing karangan dewe. Dawuhe kanjeng nabi, tasbih, tahmid, tahlil lan takbir kuwi minongko sodaqoh. Nek miturut imam Syafi'i ganjaran sodaqoh kuwi asal diniati lan ditujukake jelas kanggo sopo, Insya Allah tutuk. Pancen yen duso ora iso ditanggung karo wong liyo, nanging nek ganjaran kan bedo maneh. Contone ono wong duwe anak 5. Terus wong iki ketangkep korupsi. Bareng diputus karo pengadilan penjara 5 tahun, anak-anake banjur maju trus ngomong nek ukumane bapake arep diwakili anal limo mau gentenan saben wong siji setahun. Opo kiro-kiro ditrimo? Dhak yo ra kan? Duso ora bisa dilimphake. Bedo nek wong mau duwe utang limang juta lan jatuh tempo. Trus debt collector moro arep nyita jaminane kang rupo sepeda motor misale. Anak-anake kang limo mau ngomong karo debt collector ampun disita pak... Kito urunan saben tiyang setunggal jutanan kangge mbayar utange bapak, monggo. Mesti wae bakal ditrimo. Semono ugo ganjaran. Iso dihadiahno"
Atun: "Ooo... Dados mboten sedoyo bid'ah meniko awon, nggih kang?".
Parmin: "Iyo ngono coro aku"
Atun: "Berarti menawi ngoten njenengan niku ahsanul bid'ah -- sak sae-saene bid'ah."
Parmin: "Kok iso?"
Atun: "Tiyang ingkang rupinipun kados njenengan meniko mboten wonten zamane Rasulullah."
Parmin: "Hahaha iso-iso wae, awakmu, Tun!!"