Wednesday, February 19, 2014

Tradisi Minum Teh

Tradisi minum teh sudah dikenal di Cina sejak ratusan atau ribuan tahun sebelum masehi. Di Jepang, teh dikenal sekitar abad ke 6 yaitu pada zaman Kamakura. Sedangkan  di Eropa dan Amerika teh mulai digemari pada abad 16. Dan sekarang teh telah menjadi salah satu minuman yang paling terkenal di dunia.

Di Indonesia, teh dapat dinikmati kapan saja. Pada waktu pagi, siang, sore atau malam hari. Sedangkan di Inggris penyajian teh mempunyai waktu tersendiri. Disana ada jeda waktu 8 jam antara makan siang ke makan malam. Di tengah-tengah waktu inilah orang Inggris umumnya minum teh dengan disertai makanan yang manis . Tea time atau disebut juga afternoon tea biasanya dilakukan sekitar jam 3 sore. Lain di Inggris lain pula di Jepang. Masyarakat disana sangat meghormati teh. Sehingga untuk minum teh saja, mereka melakukan upacara.

Jika di Indonesia teh biasa dihidangkan dalam keadaan panas, hangat atau bahkan diberi es, di Mesir atau di negara-negara Arab lainnya teh harus disajikan dalam keadaan panas. Mereka meyakini bahwa jika teh tidak lagi panas maka kenikmatannya akan hilang atau paling tidak berkurang. Maka di Arab tidak ada orang meminum teh menggunakan lepek (piring kecil alas cangkir) untuk mendinginkan teh seperti yang dilakukan orang di beberapa daerah di Indonesia. Di Saudi Arabia teh biasanya dihidangkan di dalam termos atau ceret yang bisa menjaga panas dan gelas atau cangkir berukuran mini. Hal ini dimaksudkan agar teh selalu dalam keadaan panas ketika dinikmati. Sementara di Mesir, teh umumnya di sajikan dalam gelas kaca ukuran 200 ml dan harus segera diminum begitu dihidangkan.

Sewaktu tinggal di tanah kelahiran nabi Musa beberapa tahun lalu, suatu kali aku pernah bertamu ke rumah seorang kenalan asli orang sana. Namanya Mustafa. Ketika tiba di rumahnya kebetulan dia sedang keluar. Aku lalu diterima oleh ayah Mustafa. Seorang laki-laki berumur sekitar 60an yang ceria dan menyenangkan untuk diajak berbicara. Tak lama kemudian segelas teh panas dihidangkan dan aku segera mencicipinya. Karena masih panas aku meletakkan gelasnya di atas meja. Hmm.... Enak sekali .. Sambil mengobrol aku meminum tehnya sedikit demi sedikit. Ada yang janggal rasanya. Bapak itu selalu melirikku tiap kali aku meletakkan gelas diatas meja. Ketika aku hendak meletakkan gelas lagi, tiba-tiba dia berkata, "Ya Muhammad....!"  (Hai Muhammad...)

"Na'amain ya beih..!" (Iya pak....) jawabku.
"Saya tidak punya anak perawan" katanya serius.

Aku bingung dan tidak mengerti apa maksud pembicaraannya "Afwan ya sidi, ana musy fahim hadrotak taqsud eh...?" (Maaf pak, saya tidak mengerti maksud bapak). Aku bertanya pada orang tua itu.

"Ha ha ha.... dari tadi saya lihat kamu seperti orang yang bingung atau takut mau membicarakan sesuatu"

Aku semakin tidak mengerti. "Ma lish ya hag.... fahimuuni ba'ah" ( Maaf, pak.... saya masih tidak mengerti)

"Wala yuhimmak...! ( Tidak apa-apa) Begini.. kita orang Mesir kalau minum teh harus yang panas.  Nah ketika kamu memegang gelas teh, seharusnya kamu tidak tiap sebentar meletakkannya tetapi meminumnya hingga habis biar tidak keburu dingin. Jika dingin maka nikmat teh akan hilang. Kalau ada orang minum teh seperti kamu ini biasanya orang tersebut mau membicarakan sesuatu yang penting tapi merasa canggung atau grogi sehingga lupa kalau dia sedang minum teh. Dan hal itu sering terjadi ketika sesorang hendak meminang seorang perawan" katanya sambil senyum-senyum.

"Yaah....! Di Indonesia minuman yang paling terkenal adalah es teh, pak!" 
"O ya...? Bagimana rasanya? Masak enak? " kali ini si bapak yang bingung. 

Pada saat itu Mustafa datang dan langsung heboh menyapaku."Ahlan wasahlan..... Wallahi nawartini " (selamat datang.... senang sekali kamu datang). 

Aku berdiri dan kami berpelukan. Karena khawatir menyinggung perasaan Mustafa aku mengikuti sambil terpaksa kebiasaan orang Mesir ketika bertemu dengan teman akrab sesama lelaki atau sesama perempuan. Budaya yang sampai saat ini aku tidak pernah nyaman dengannya. Yaitu..... Cipika Cipiki (cium pipi kanan cium pipi kiri). Arggh...........  

No comments:

Post a Comment