"Mas bilang apa?"
"Je ne peux pas!"
"Mas......?!"
"Mademoiselle Valentine...... S’il vous plaît .... Laissez-moi aller!"
"Mas Salman.....! Bangun... bangun...!" Atun menggoyang pundak suaminya yang mengigau dalam bahasa yang ia tidak mengerti.
Perlahan-lahan Salman terjaga. Sejenak ia memandang wajah cantik istrinya dalam temaram cahaya lampu tidur, lalu tersenyum sambil mengusap jari-jari lembut yang masih menempel di pundak kanannya. Tanpa berkata-kata ia merengkuh istrinya dan membenamkan dalam pelukannya .
Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin Atun ajukan pada suaminya. Tetapi rasa nyaman luar biasa yang ia rasakan mengalahkan keingin tahuannya. Aroma wangi khas segera menyapa hidung Atun. Ini juga ingin ia tanyakan sejak lama. Selama ini ia menduga bau tubuh suaminya yang berbeda dari kebanyakan orang disebabkan oleh rasa sayang dan cinta. Ia mempercayai apa yang pernah ia dengar tentang perkataan Jalaluddin Al-Rumy bahwa cinta mampu merubah semua yang pahit menjadi manis. Demikian juga bau asam keringat bisa berubah menjadi wangi karenanya. Ia tidak pernah meragukan kekuatan cinta. Tetapi benarkah sebab itu indera peciumannya menjadi tidak berfungsi dengan semestinya?
“Hmm... Enak sekali kopi ini. Aku pernah minum kopi di warung yang sangat terkenal di Rio, Brazil. Aku juga pernah menikmati capuccino di Genoa, Italia. Tetapi kopi buatanmu tetap tiada duanya” Salman membuka pembicaraan ketika sarapan.
“Karena aku membuatnya tidak hanya dengan bubuk kopi dan gula saja. Aku mencapurkan hatiku dalam seduhannya ” timpal Atun sambil tertawa.
“Dan aku menikmatinya tidak hanya dengan perasa tetapi juga dengan jiwa dan cinta”
Entah sudah berapa puluh atau ratusan kali percakapan seperti itu terjadi di meja makan. Tetapi setiap kali pula berakhir dengan Atun yang memerah mukanya dan Salman tersenyum bahagia.
“Mas tadi malam mengigau”
“Aku bilang apa? Pasti memanggil-manggil namamu” canda Salman.
“Aku tidak paham Mas berkata apa. Mas mengigau dalam bahasa aneh yang aku belum pernah dengar sebelumnya. Satu-satunya kata yang aku bisa tangkap adalah Valentin”
Raut muka Salman sedikit berubah. Ada gurat ketakutan tergambar di wajahnya.
“Valentin adalah nama seorang wanita cantik yang pernah aku temui di pemukiman dekat Vieux-Port, pelabuhan tua di kota Marseille, Perancis” dia mulai bercerita.
***
Setelah diselamatkan kapal Viking yang berbendera Swedia, taqdir rupanya membawa Salman ke kota Marseille. Sesampai disana, oleh polisi imigrasi Salman diantar ke Konsulat Jenderal RI yang terletak di Boulevard Carmagnole. Sambil menunggu proses administrasi dan penerbitan Paspor baru, Salman berniat tinggal di Marseile beberapa minggu atau jika mungkin hingga musim panas berakhir sekitar 4 bulan lagi. Dia perlu bekerja untuk mencari bekal pulang ke Indoensia. Semua hasil kerjanya selama satu tahun ikut hilang di telan laut ketika kemudian ia terdampar. (baca : http://abiraad.blogspot.com/2014/04/terdampar.html) Tak butuh waktu lama, Salman telah mendapatkan pekerjaan di sebuah restoran pizza milik Signor Marotti di daerah Vieux Port. Disana ia bekerja sebagai petugas antar pesanan sekaligus sebagai penjaga restoran di malam hari. Hal ini sangat menguntungkan karena selain bisa bekerja dia juga mendapat tempat tinggal gratis.
Marseile adalah kota terbesar kedua Perancis yang terletak di selatan. Kota ini dibangun oleh pedagang asal Spanyol pada sekitar tahun 600 sebelum Masehi. Selain terkenal sebagai kota pelabuhan, ciri khas lain dari Marseille adalah kota yang berdiri di atas bukit-bukit cadas.
Sore itu cuaca cukup cerah. Awan yang biasanya bergerombol membentuk berbagai macam sketsa kehidupan nyaris tidak ada. Warna biru merajai langit yang sedang memamerkan keindahannya. Cahaya matahari menciptakan kilauan kekuningan ketika menerpa patung emas Bunda Maria (Notre Dame de la Garde) yang berdiri megah di puncak gereja yang dibangun di titik tertinggi kota Marseille.
Salman memaksa skuter yang di kendarainya meniti jalanan menanjak menuju komplek pemukiman di sebelah timur laut pelabuhan. Dia mendapat tugas mengantar pesanan ke sebuah apartemen di jalan Paradise. Setelah menyusuri gang-gang sempit, akhirnya dia berhasil menemukan gedung nomer 34. Setelah memarkir motornya dia memeriksa tombol-tombol yang ada di samping pintu gedung tersebut. Lalu Salman memencet nomor 203.
Dari microphone terdengar suara seorang wanita, “Qui..?” (siapa?)
“Bonsoir, (selamat sore) Mademoiselle Valentine! Saya pengantar pizza dari restouran La Venesia,”
“Oh. Langsung naik ke lantai dua aja”
“Teeet!”, bersamaan dengan suara itu gerbang terbuka.
Salman kemudian menaiki tangga gedung berlantai empat itu. Sesampai di lantai dua, seorang wanita muda sekitar 25 tahun memanggil. “Venes par la!” (Kesini!). Salman lalu mendatangi wanita itu dan menyerahkan bungkusan pizza berikut tagihannya.
“Entrez, S’il vous plaît...” (Silahkan masuk) kata wanita itu.
“Merci...(terima kasih) saya menunggu disini saja” jawab Salman.
“Ayolah.. Tidak apa-apa.”
“Terima kasih. Disini lebih baik kurasa”
Menerima penolakan Salman, Mademoiselle (nona) Valentine sedikit tersinggung tetapi masih mampu menyembunyikan kejengkelanya
Salman mau tidak mau akhirnya masuk ke dalam rumah.
“Asseyes-vous!, Monsieur..? Comment vous appelez” (Silahkan duduk!, Mas ...? Siapa namamu?)
“Salman, Nona!”
“Mau minum apa, Salman? Aku punya cognac bintang tiga, Cointreau dan juga langer?”“Maaf Nona, saya tidak minum alkohol. Air putih saja”
Bekerja sebagai anak buah kapal, minuman beralkohol bukanlah
sesuatu yang asing baginya. Meskipun sedikitpun Salman tidak pernah mencicipi
tetapi dia cukup tahu jenis-jenis minuman keras karena teman-teman kerjanya
seringkali membicarakannya. Cognac atau Brandy adalah minuman yang
terbuat dari anggur yang didestilasi. Bintang tiga berarti telah tersimpan
selama 10 hingga 15 tahun. Sedangkan Cointreau adalah minuman beralkohol
seperti cognac, rum (terbuat dari tebu),atau gin (terbuat
dari jagung) yang dicampur atau disuling ulang dengan menambahkan rasa buah
jeruk orange. Dan langer adalah jenis bir berwarna cemerlang, bening
dengan rasa ringan.
Tak lama kemudian wanita cantik bekulit putih lembut dan
berambut hitam itu datang. Mata biru dan tubuh semampainya yang dibalut gaun
tipis musim semi serta merta membuat Salman menelan air liurnya sendiri. Dia datang
dengan membawa dua gelas kristal yang satu beirisi air putih dan satu lagi
adalah;
“Masih tidak tertarik dengan Lauren Pervier” katanya
menyebut salah satu merek champagne terkenal sambil mengangkat gelas yang
ada ditangan kiri.
“Non, merci”
jawab Salman mulai gelisah.
Dan kegelisahannya semakin bertambah ketika si Nona
menyerahkan gelas yang berisi air putih sambil membungkukkan badan
tepat di depannya sehingga tatapan mata Salman tak bisa menghindar dari belahan dada.
Belum sempat berpikir jernih lagi, wanita cantik itu bertanya, “Apakah
aku cantik, Salman?”
“Mm... Oh saya kira perlu ada kata lain untuk mengatakannya”“Maksudmu?”
“Anda lebih dari cantik”
“Oh là là... bisa aja kamu”
Salman tidak bermaksud menggoda. Tetapi karena grogi justru perkatannya seperti orang yang sedang merayu.
"Maukah kamu menerima, jika aku memberimu cinta?"
"Ne fais pas ça, Mademoiselle ...!" (Jangan lakukan itu, nona)
"Jadi kamu menolak cinta?"
"Aku tak punya kuasa atas cinta. Hatiku telah menentukan pilihannya"
"Mmm.. kau sudah punya istri?"
"Belum"
"Cinta yang aku berikan, tanpa tebusan, tanpa pengorbanan juga tanpa ikatan"
"Je ne peux pas!" (Aku tidak bisa)
"Tapi kamu tidak punya pilihan, Salman. Jika kamu menolak maka aku akan berteriak. Kamu tahu semua orang pasti akan lebih mempercayaiku"
"Mademoiselle Valentine...... S’il vous plaît .... Laissez-moi aller!" (Nona Valentine ... tolong .... biarkan aku pergi)
"Non! (Tidak) Tak seorangpun pernah menolakku"
Dalam kegugupan yang sangat, tiba-tiba terlintas di pikiran Salman untuk melakukan sesuatu.
"Baiklah jika aku tidak punya pilihan. Tetapi izinkan aku memantaskan diri untukmu"
"Aku mendengarkan".
"Aku perlu 5 menit ke kamar mandi untuk menata diri"
"Baiklah. Aku akan duduk disini menanti 5 menit terlama dalam hidupku terlalui" katanya sambil tersenyum manja.
Salman masuk ke kamar mandi yang ditunjuk oleh pemilik rumah. Sesampai di dalam, ia membuka baju dan celana lalu melemparnya ke lantai. Salman ragu-ragu sejenak. "Cinta tanpa ikatan". Kata itu terngiang di kepalanya. "Kenapa tidak? Kenapa aku harus menolak?" Tapi kemudian dari dalam hatinya dia mendengar bisikan "Meski tak ada orang yang mengetahui, Tuhan pasti melihat. Tuhan takkan silap". Salman menarik nafas dalam-dalam. "Cinta tanpa tebusan, tanpa pengorbanan" suara di otaknya kembali menggoda. Bayangan tubuh sempurna Valentine menari-nari di matanya. Suara manjanya memenuhi rongga telinga. "Takutlah pada Tuhanmu", dada Salman seakan meledak dipenuhi seruan yang membahana. Sepontan Salman mencengkeram sesuatu yang ada di antara selakangannya yang sejak tadi meronta-ronta. Kemudian tanpa ragu ia mememelorotkan celana dalam dan mengencingi pakainnya sendiri. Bau pesing menyengat membuat pusing. Salman memakai lagi pakainnya yang berparfum air seni dan kembali menemui Nona Valentine. Hidungnya bergerak-gerak menahan bau tidak sedap.
"Bau apa ini? Apa yang kamu lakukan? Jorok sekali kamu! Keluarr!!"
Salman berlari ke arah pintu dan secepatnya menuruni tangga. Sekuter yang diparkir didepan pintu segera dipacu sekencang yang ia bisa. Separuh matahari telah tertelan bumi. Air laut meraup pantai dan merobohkan istana pasir yang dibangun oleh anak-anak siang tadi. Ketika melewati pinggiran pantai, Salman berhenti lalu meloncat dan menceburkan dirinya ke dalam air tanpa mempedulikan tamparan ombak yang seakan enggan menerima dia yang jauh dari aroma wangi.
***
Sekali tenggak Salman menghabiskan kopinya yang telah dingin.
"Belakangan aku tahu dari temanku sesama pengantar pesanan makanan yang bernama Pablo kalau Valentine saat itu sedang bertaruh dengan temannya. Dia bertaruh dalam satu minggu akan mengajak tidur 5 orang dari bangsa yang berbeda. Kata Pablo sebelum aku ada Johansen, Yubilata, Banju dan Pablo sendiri. Masing-masing dari Eropa, Afrika, India dan Latin. Dan aku adalah target kelima dari ras Asia. Hal itu ia lalukan hanya untuk membuktikan bahwa kecantikannya bisa membuat tak seorangpun bisa menolaknya"
Salman meraih cangkir kopi. Tetapi kemudian meletakkannya kembali ke atas meja karena tinggal ampas yang tersisa.
"Sejak kejadian itu aku mendapat anugerah dari Tuhan yaitu aku tidak lagi perlu memakai deodoran. Bau badanku tak pernah berbau asam" Salman berkata sambil menghela nafas dalam-dalam. "Tapi kejadian itu juga membuatku sering ketakutan. Aku merasa telah bertemu dengan Iblis dalam wujud seorang bidadari yang bernama Valentine La Douce, Si manis Valentine". Salman mengakhiri ceritanya
Salman meraih cangkir kopi. Tetapi kemudian meletakkannya kembali ke atas meja karena tinggal ampas yang tersisa.
"Sejak kejadian itu aku mendapat anugerah dari Tuhan yaitu aku tidak lagi perlu memakai deodoran. Bau badanku tak pernah berbau asam" Salman berkata sambil menghela nafas dalam-dalam. "Tapi kejadian itu juga membuatku sering ketakutan. Aku merasa telah bertemu dengan Iblis dalam wujud seorang bidadari yang bernama Valentine La Douce, Si manis Valentine". Salman mengakhiri ceritanya
Atun berdiri dari tempat duduk. Perlahan dia menghampiri suaminya dan dari belakang melingkarkan kedua lengannya ke leher Salman. Kepalanya dia sandarkan di pundak suaminya. Sambil berbisik dia berkata, "Aku takkan menajadi setan bagimu karena aku adalah bidadari yang akan menemanimu seumur hidupku"
Burung perkutut di ruang tengah memanggl-manggil minta dibawa keluar. Di luar matahari masih bermerah muka berusaha bangun dari tidurnya. Dengan malas ia mulai bekerja membagi cahaya demi keberlangsungan kehidupan makhluk di marcapada.
Burung perkutut di ruang tengah memanggl-manggil minta dibawa keluar. Di luar matahari masih bermerah muka berusaha bangun dari tidurnya. Dengan malas ia mulai bekerja membagi cahaya demi keberlangsungan kehidupan makhluk di marcapada.
Catatan:
Kisah ini hanyalah cerita rekaan yang terinspirasi dari Hadist Nabi:
عن أبي هريرة :ان رسول الله صلى الله عليه و سلم
قال:”سبعة يظلهم الله يوم لا ظل إلا ظله :إمام عادل, وشاب نشأ بعبادة الله , ورجل
كان قلبه معلقا بالمساجد إذا خرج منه حتى يعود إليه, ورجلان تحبا في الله فاجتمع
على ذلك و تفرقا, ورجل ذكر الله خاليا ففاضت عيناه, ورجل دعته ذات حسب و جمال فقال
إني أخاف الله عز و جل, ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حت لا تعلم شماله مل تنفق
يمينه”.( متفق عليه(
Dari Abu Huroiroh : Sesungguhnya Rosululloh bersabda:”Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Alloh pada hari dimana tidak ada naunagn selain nauanganNya.Imam yang adil, Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Alloh, Orang yang hatinya terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali lagi, Dua orang yang saling mencintai karena Alloh bertemu dan berpisah karenaNya, orang yang berdzikir kepada Alloh lalu meneteskan air mata , seorang lelaki yang di ajak berzina oleh wanita cantik lagi berkedudukan tapi berkata “Aku takut kepada Alloh”, dan orang yang bersedekah lalu menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disdekahkan oleh tangan kanan”. HR.Bukhori dan Muslim.
No comments:
Post a Comment