Dalam literature Arab, kata al-shams yang berarti matahari berjenis kelamin perempuan (mu’annats) sedang kata al-qomar yang berarti bulan berjenis kelamin laki-laki (mudzakkar).
Dalam ilmu pengetahuan, matahari memancarkan cahaya sedangkan bulan memantulkannya. Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan. Sinar matahari yang memancar ke bumi menghantarkan panas yang mampu menjaga suhu di permukaan bumi sesuai dengan yang diperlukan makhluk hidup.
Selain itu, proses fotosintesis pada tumbuhan tidak bisa lepas dari sinar matahari. Jika tumbuhan tidak mengalami fotosintesis, maka karnivora dan omnivora pun tidak akan mendapatkan sumber makanan dan selanjutnya kehidupan tidak akan berkelanjutan.
Oleh karenanya semakin banyak sinar matahari yang diperoleh, semakin besar pula makhluk hidup akan mengalami perkembangan. Terbukti lebih dari 66% jenis hewan dan tumbuhan yang ada di planet ini hidup dan berkembang di daerah yang dilewati garis khatulistiwa.
Selain itu matahari memiliki gaya gravitasi yang berperan besar dalam menjaga planet-planet yang mengelilinginya untuk tetap berotasi dan berevolusi. Tanpa gravitasi matahari, planet-planet yang ada, termasuk bumi, tidak akan memiliki orbit tetap sehingga sistem tata surya akan porak poranda.
Dalam kehidupan nyata di dunia, semua manusia lahir dari seorang wanita. Kehadiran laki-laki boleh jadi tidak diperlukan. Akan tetapi keberadaan wanita tidak bisa diabaikan. Nabi Isa AS tidak memiliki bapak tapi tetap memiliki seorang ibu.
Manusia telah mencapai kemajuan teknologi yang sangat dahsyat. Dengan menggunakan teknologi cloning, memungkinkan untuk melahirkan manusia baru tanpa proses perkawinan (pembuahan sel telur oleh sperma). Namun sekali lagi peran wanita tetap saja tidak bisa ditinggalkan. Embrio hasil proses cloning masih harus ditanam di rahim seorang wanita agar berkembang menjadi janin dan lalu lahir sebagai manusia.
Begitulah wanita seperti matahari. Apabila matahari memancarkan cahayanya maka ia akan memberi energi yang dibutuhkan kehidupan. Demikian pula wanita. Dalam keluarga, seorang ibu yang baik akan mengantarkan anak-anaknya menuju masa depan yang bercahaya. Seorang istri yang baik akan mendampingi suami menuju puncak karirnya. Seorang anak perempuan yang baik akan menjunjung tinggi derajat orang tuanya.
Sebaliknya jika matahari meredup atau berhenti bersinar, maka mala petaka yang menjadi akibatnya. Dengan hilangnya sumber tenaga maka kehidupanpun akan berjalan menuju tiada. Sama halnya wanita. Berapa banyak orang yang hancur karirnya karena ulah istrinya. Berapa banyak orang tua yang dibuat merana karena anak perempuannya. Dan berapa banyak kehidupan rumah tangga anak yang berantakan karena campur tangan ibunya. Bahkan, perang paling dahsyat yang pernah terjadi dalam sejarah Eropa kuno penyebab utamanya adalah seoarang wanita. Perang Troya yang berlangsung 10 tahun dan menelan korban ribuan jiwa dipicu oleh perselingkuhan Helena istri raja Sparta dengan Pangeran Troya.
Lantas bagaimana cara untuk menjadi seorang wanita hebat yang bisa memancarkan cahaya? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467).
Wanita shalihah bukan berarti hanya taat beribadah tetapi juga berarti mengetahui dimana ia berada dan mengerti apa yang harus dikerjakannya. Tidak menunggu diapresiasi tetapi selalu memberi inspirasi. Ketika menjadi ibu, dia layak untuk menjadi tauladan bagi anak-anaknya. Ketika menjadi istri dia bisa bertindak sebagai pendamping yang setia. Pendamping yang bisa menjadi penyejuk hati di saat nestapa, membuat tersenyum di kala duka, menjadi teman yang menyenangkan ketika diajak berbicara, menjadi penyemangat hidup saat terpuruk tiada daya, memberi rasa aman untuk berbagi rahasia dan menjadi penyeimbang bahtera keluarga. Dan ketika menjadi anak, dia menjalankan baktinya kepada orang tua.
Menjadi wanita adalah takdir Tuhan, tetapi menjadi wanita shalihah adalah pilihan.
No comments:
Post a Comment