Sesuai dengan usul beberapa pembaca, serial Ngaji bareng Parmin dan Atun edisi ke 11 ini hadir dalam Bahasa Indonesia. Namun begitu saya minta pendapat pembaca yang lain. Apakah untuk selanjutnya kembali saya tulis dalam bahasa Jawa atau saya lanjutkan dalam bahasa Insonesia?
FB : www.facebook.com/wahidmg
Blog: http://abiraad.blogspot.com
Terima kasih
“Ngaji Hadist Arbain Nawawi bareng Parmin dan Atun” (11)
Hadist ke-3 “Puasa”
Atun hendak menyiram bunga yang ditanam rapi di pinggiran halaman rumah. Namun tiba-tiba dia menghentikan langkahnya. Seekor kupu-kupu yang bersayap indah berwarna-warni menari-nari di atas mawar merah yang sedang mekar.
Dari belakang Parmin memperhatikan istrinya lalu berkata, “Subhanallah...! Cantik sekali!”.
Atun: “Kang Parmin ini seperti baru tahu saja kalau aku memang cantik”
Parmin: “Kamu Cantik? Rasanya tidak tepat kalimat itu untuk menyebut dirimu. Kamu lebih dari sekedar cantik. Itu lho... kupu-kupu yang cantik!”
Atun: “Ah! kang Parmin bisa aja”.
Parmin: “Kamu tahu gak sebelum jadi kupu-kupu yang cantik, dia seperti apa?
Atun: “Sebelumnya adalah ulat yang menjijikkan”.
Parmin: “Demikianlah Allah memberi gambaran kepada manusia. Untuk menjadi lebih baik, indah dan disukai semua orang, seseorang perlu untuk menahan diri dari keinginan nafsu yang bermacam-macam. Oleh karenanya rukun Islam yang ke empat adalah puasa. Ulat yang sebelumnya rakus, akan berhenti makan dan berpuasa selama beberapa hari atau ada juga yang beberapa bulan. Kulitnya akan menjadi kepompong dan tubuhnya akan berubah menjadi makhluk baru yang indah dipandang. Allah memerintahkan hambanya untuk berpuasa selama bulan Ramadhan agar manusia bisa bermetamorfosis seperti ulat. Yah tentu saja kalau metamorfosa yang dialami manusia bukan secara fisik tetapi secara mental”
Atun: “Dan manusia dihargai, dihormati lebih karena kepribadian mereka. Bukan sebab penampilan fisik belaka”
Parmin: “That’s my wife! -istriku emang hebat. Dan Atun tahu gak? Puasa itu ada di syariat agama manapun. Kristen, Yahudi, Hindu, Budha dan lain sebagainya. Tata caranya saja yang tidak sama. Shoum secara bahasa artinya adalah menahan diri. Dalam syariat Islam, berpuasa adalah menahan diri dari makan, minum dan hal lain yg membatalkan puasa sejak fajar hingga matahari tenggelam dengan disertai niat. Sedangkan dalam agama atau kepercayaan lain ada puasa bisu –menahan diri tidak berbicara, puasa tidur –menahan diri agar tetap terjaga, puasa dengan tidak memakan makanan bernyawa dan seterusnya”
Atun: “Ular juga puasa. Kok tidak berubah bentuk, kang?”
Parmin: “Tapi ular menjadi sakti. Sekali sembur atau gigit, seekor sapi bisa mati, Tun. Coba perhatikan hewan-hewan yang berbahaya. Singa sehari puasa rata-rata bisa lebih dari 20 jam. Beruang kutub bahkan hingga sampai berbulan-bulan. Bandingkan dengan kambing atau kerbau yang tak mau berhenti makan. Kalau kambing menggugit, paling-paling hanya ajan menimbulkan luka luar saja. Tidak mematikan. Ya... semuanya itu contoh agar manusia bisa mengambil pelajaran”
Atun: “ Kalau melihat sejarah orang-orang hebat, rata-rata mereka adalah orang yang tahan berpuasa atau bahasa jawanya kuat tirakat”
Parmin: “Mau langsing juga harus mampu menahan diri dengan membatasi jenis dan jumlah makanan. Lha... kamu gimana, Tun?
Atun: “Bukannya kang Parmin bilang, aku jangan terlalu kurus biar kelihatan kalau kang Parmin bisa ngasih makan istrinya??”
Parmin menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu memeluk istrinya.
Atun: “Ih! Jangan disini kang nanti kelihatan orang... dosa pamer kemesraan di depan umum”
No comments:
Post a Comment