Saturday, November 14, 2015

Ayah




Dia adalah pemilik sepatu yang dulu engkau mencoba memakainya dan ternyata kaki kecilmu terlalu longgar di dalamnya. Saat itu engkau merasa betapa agungnya dia.
Engkau memakai kacamatanya dan merasakan seakan engkau gagah seperti dia.
Ketika mengenakan bajunya dan engkau tenggelam didalamnya, engkau merasa hebat seperti dia.
Kau ambil kunci kendaraannya lalu naik diatasnya dan merasa engkau adalah dia.
Secara diam-diam engkau mengambil handphone ibumu lalu menelpon dia ditengah-tengah kesibukan kerjanya hanya untuk memintanya membawakan cokelat ketika pulang nanti tanpa mempedulikan bagaimana perasaan dia yang sedang menghadapi rekan-rekan kerjanya atau atasannya yang merasa terganggu ketika dia menjawab telfonmu dengan lembut dan mendengar permintaan yang tidak penting. Dia bilang "akan aku bawakan coikelat dengan syarat kamu tidak nakal sama ibu dan saudara-saudaramul".
Ketika pulang dengan segala kepenatan, dia lupa membawakan cokelat untukmu, lalu dengan mengabaikan keinginan untuk beristirahat, dia pergi keluar membawamu membelikan permintaanmu dengan senang hati.

Hari ini ...
Engkau tidak lagi melirik sepatu atau bajunya yang menurutmu sangat ketinggalan mode meskipun dulu engkau sangat membanggakannya di depan teman-temanmu.
Mengobrol dengannya tidak lagi menyenangkan walaupun dulu itu kesempatan yang selalu engkau tunggu.
Berduaan dengannya membuat kamu merasa malu jika teman-temanmu melihatnya.
Ketika kamu terlambat pulang telefon darinya yang menghawatirkanmu, engkau anggap mengganggu dan tak akan engkau jawab jika ia menelpon lagi.
Engkau menjawab dengan keras tegurannya atas sikapmu yang menutnya tidak layak tetapi dia akan diam saja. Dia mampu menerima perlakuan burukmu padanya karena ia tak pernah berhenti menyayangimu.

Dulu dia menggendongmu diatas pundaknya. Tetapi sekarang engkau jauh lebih kuat darinya tapi tak kau ulurkan tanganmu untuk menuntunnya.
Dulu engkau sangat memujanya tetapi sekarang nasehatnya engkau anggap mencampuri urusanmu. Walau bagaimanapun ia kau anggap pengganggu, ia tetaplah orang tuamu.
Dialah yang telah menunggu selama 9 bulan dengan harap-harap cemas dan dengan penuh kegembiraan menyambut kehadiranmu di dunia ini.
Dialah yang telah menghabiskan malam-malamnya memikirkan masa depanmu.
Dialah yang mengorbankan segala yang dimilikinya dan kesehatannya demi kenyamanan hidupmu.
Tidak seorangpun sama dengan ayahnya. Tetapi ayah adalah lelaki yang akan selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada anaknya.

Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa orang tua kami. Sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kami ketika kami kecil. Amin!

No comments:

Post a Comment