بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ الّذِى مَنَّ عَلَى عِبَادِهِ
بِموَاسِمِ الْخَيْرَاتِ لِيَغْفِرَ بِذَلِكَ
الذُّنُوْبَ وَيُكَفِّرَعَنْهُمُ السَّيِّئَاتِ.
وَأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إِلاّ اللهُ وَحْدَهُ
لاشَرِيْكَ لَهُ إِلَهُ الأرْضِ وَالسَّمَوَات ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحُمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفُ الْمَخْلُوْقَاتِ اللهُم صَلِّ
عَلَي سيدنا محمدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَالتّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِإِحْسَانٍ مَدَى اْلأزْمَاْنِ وَاْلأَوْقَاتِ، وَسَلّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
( أمّا بَعْدُ ) فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا
اللهَ تَعَالَى وَأَطِيْعُوْهُ ، وَقَدْ
قَالَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ، بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم: يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ.
ثُمَّ اعْلَمُوْا رَحِمَنِى اللهُ وَإِيّاكُمْ أَنَّنَا
الآنَ فِى مُؤَخَّرَةِ شَهْرٍ عَظِيْمٍ وَمُقَدِّمَةِ
شَهْرٍعَظِيْمٍ عِنْدَ اسْتِقْبَالِ شَهْرٍ أعْظَم.
Ma’asyiral Muslimiin, rahimakumullah...
Pada kesempatan mulia ini marilah kita bersama-sama lebih memantapkan hati
kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wata'ala dengan
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Marilah
kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan teguh dalam pendirian serta
mampu mengendalikan diri dalam berbagai masalah kehidupan yang kita hadapi.
Dengan ketakwaan, seseorang akan senantiasa merasakan kehadiran Allah pada setiap
masa dan di manapun ia berada. Bukan saja ketika berada di masjid atau mushalla,
tapi juga disawah, di pasar, atau di tempat ia bekerja. Saat gembira atau duka,
benci atau cinta, ketika berbicara atau berbisik tanpa suara, ketika bergerak
atau diam, ketika berdiri, duduk, atau berbaring, dalam keramaian atau sendirian,
saat damai dan tenteram, pula saat-saat kritis dan bahaya yang mencekam.
Dan apabila takwa telah bersemanyam di dada, maka akan lahir pribadi yang
utuh, menyatu jiwa dengan raganya, menyatu bisikan hati dengan ucapannya,
menyatu kata dan perbuatannya, juga menyatu langkah dan tujuannya. Ia akan
menemukannya teguh dalam keyakinan, teguh tapi bijaksana, senantiasa bersih dan
menarik walau miskin, selalu hemat dan sederhana walau kaya, murah hati dan
murah tangan, tidak menghina dan tidak mengejek, tidak menghabiskan waktu dalam
permainan, tidak menuntut yang bukan haknya, dan tidak menahan hak orang lain.
Ucapannya
melipur lara dan membawa manfaat, diamnya pertanda tafakkur, dan pandangannya
alamat i’tibar. Bila beruntung ia bersyukur, bila diuji ia bersabar, bila
bersalah ia istighfar, kalau ditegur ia menyesal, dan kalau dimaki ia menjawab
seraya berucap : “Bila makian Anda benar, maka semoga Allah mengampuniku dan
bila keliru, maka kumohon Tuhan mengampunimu”.
Demikian
menyatu seluruh tuntunan kebaikan dalam dirinya, lahir dan batin. Sehingga,
pada akhirnya “tatkala diam ia dengan Allah, tatkala berbicara ia demi Allah,
tatkala bergerak ia atas perintah Allah, tatkala terlena ia bersama Allah.
Sungguh, ia selalu dengan, demi, dan bersama Allah.”
Jika seseorang telah benar bertakwa, maka kemanapun langkah diayunkan dan ke manapun angin membawa biduk,
betapapun besar ombak dan gelombang, kendati pantai hanya sayup-sayup terlihat,
namun semua itu bukan masalah besar
sebab takwa
telah bersemai di dalam hati sanubarinya.
Baginya, Allah adalah pangkalan tempat ia bertolak serta pelabuhan tempat ia
bersauh.
Itulah makna pesan dari firman Allah:
اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; Janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (QS. Âli ‘Imrân
[3]: 102).
Saudaraku Kaum Muslimin yang
berbahagia